Biolistrik Limbah Cair Perikanan Dengan Teknologi Microbial Fuel Cell Menggunakan Jumlah Elektroda yang Berbeda
View/ Open
Date
2013Author
Alwinsyah, Rico
Ibrahim, Bustami
Salamah, Ella
Metadata
Show full item recordAbstract
Listrik merupakan salah satu komponen yang sangat berperan banyak dalam kehidupan suatu bangsa dan bahkan bagi setiap manusia. Beberapa manfaat listrik adalah untuk kemudahan rumah tangga, pendidikan, produksi (industri), bahkan kesehatan. Krisis energi memicu pengembangan sumber energi alternatif (renewable) untuk mensubstitusi penggunaan minyak bumi yang selama ini menjadi sumber energi utama bagi masyarakat. Di antara beragam pilihan penghasil energi substituent, fuel cell atau sel bahan bakar merupakan salah satu contoh teknologi alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan. Sel elektrokimia berbasis mikroba atau microbial fuel cell (MFC) merupakan sel bahan bakar yang memanfaatkan materi organik untuk digunakan oleh mikroba sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas metabolismenya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kemampuan limbah cair perikanan sebagai penghasil listrik melalui teknologi microbial fuel cell (MFC), serta mengetahui jumlah elektroda yang optimal untuk menghasilkan energi listrik dalam sistem MFC. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah microbial fuel cell satu bejana. Limbah cair pada penelitian ini merupakan limbah cair buatan. Pada penelitian ini diberikan perlakuan jumlah elektroda yang berbeda, yaitu elektroda 1 pasang, elektroda 2 pasang, elektroda 3 pasang, dan elektroda 4 pasang. Pengukuran elektrisitas dilakuan selama 5 hari (120 jam) dan setiap selang waktu 3 hari dilakukan analisis parameter limbah cair yang terdiri dari kandungan total nitrogen, amonia, BOD, COD, MLSS dan MLVSS. Beban limbah cair selama proses pengolahan dengan sistem MFC mengalami penurunan pada semua perlakuan yang diberikan, yaitu pada hari ke-6 total N sebesar 647,11 mg/l untuk semua perlakuan, BOD sebesar 221 mg/l untuk perlakuan elektroda 1 pasang, 246 untuk perlakuan elektroda 2 pasang, 242 mg/l untuk perlakuan elektroda 3 pasang, dan 277 mg/l pada perlakuan elektroda 4 pasang, nilai COD sebesar 656 mg/l untuk perlakuan elektroda 1 pasang, 635 mg/l untuk perlakuan elektroda 2 pasang, 618,67 mg/l untuk perlakuan elektroda 3 pasang, dan 677 mg/l untuk perlakuan elektroda 4 pasang, dan amonia sebesar 0,3 mg/l untuk perlakuan elektroda 1 pasang, elektroda 3 pasang, dan elektroda 4 pasang. Sedangkan nilai MLSS dan MLVSS mengalami kenaikan pada hari ke-6, nilai rata-rata MLSS adalah 3200 mg/l pada perlakuan elektroda 1 pasang, 3000 mg/l pada perlakuan elektroda 2 pasang, 2867 mg/l pada perlakuan elektroda 3 pasang, dan 2800 pada perlakuan elektroda 4 pasang, nilai rata-rata MLVSS adalah 3000 mg/l pada perlakuan elektroda 1 pasang, 2600 mg/l pada perlakuan elektroda 2 pasang, 2533 mg/l pada perlakuan elektroda 3 pasang, dan 2600 mg/l pada perlakuan elektroda 4 pasang. Nilai rata-rata listrik paling tinggi adalah pada perlakuan elektroda 2 pasang, yaitu sebesar 0,213 V. Listrik yang dihasilkan pada perlakuan elektroda 2 pasang ini juga menghasilkan listrik yang di atas rata-rata selama pengukuran sehingga perlakuan elektroda 2 pasang ini merupakan perlakuan yang optimum dalam sistem MFC.