Performa Reproduksi Imago Attacus atlas L. yang Berasal dari Perkebunan Teh Purwakarta
Abstract
Attacus atlas L. merupakan salah satu jenis ulat penghasil sutera yang saat ini mulai diupayakan untuk dibudidaya karena memiliki beberapa kelebihan seperti warna benang sutera yang menarik yaitu coklat muda keemasan, lebih mengkilat, dan harga jual kokon yang tinggi. Selain itu, ulat tersebut memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pakan, yakni dapat mengkonsumsi 80 jenis tanaman yang berbeda. Keunggulan yang dimiliki oleh A. atlas menyebabkan para peneliti maupun pengusaha terkait tertarik untuk mengusahakan ulat sutera liar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa reproduksi A. atlas yang berasal dari perkebunan teh Purwakarta mencakup jumlah telur yang dihasilkan oleh ngengat, panjang dan lebar abdomen ngengat, dan daya tetas telur. Peubah yang diamati meliputi masa bertelur, jumlah telur per induk, jumlah telur per induk per oviposisi, persentase jumlah telur per induk per oviposisi, masa inkubasi, persentase telur yang menetas, dan penyusutan panjang dan lebar abdomen. Dalam penelitian ini, jumlah telur A. atlas per induk 105-351 butir untuk yang dikawinkan dan 71-384 butir untuk yang tidak dikawinkan. Sebagian besar telur dioviposisikan pada H1 sampai H5 pada yang dikawinkan dan H1 sampai H6 untuk yang tidak dikawinkan dengan rataan jumlah telur yang menetas adalah 51,58%. Hasil jumlah telur lebih baik jika dibandingkan dengan hasil penelitian Awan (2007) dan Desiana (2008) dengan nilai berturut-turut (194 dan 118 butir), sedang untuk penetasan nilai yang didapat lebih buruk. Masa bertelur ngengat yang dikawinkan berkisar antara 4-11 hari (rataan 6,25 hari), sedangkan untuk ngengat yang tidak dikawinkan berkisar antara 5-13 hari (rataan 7,67 hari). Rataan penyusutan panjang abdomen selama ngengat bertelur sampai mati adalah 8,38% dan lebar 24,17% namun kedua peubah ini berkorelasi sangat rendah dengan jumlah total telur (r panjang: 0,23 dan r lebar: 0,12) sehingga tidak dapat digunakan sebagai penduga produksi telur. Pengumpulan telur sebaiknya hanya dilakukan sampai hari ketujuh karena persentase telur yang menetas pada hari kedelapan mulai mengalami penurunan.