Pengaruh kadar krom (Cr2O3) terhadap mutu kulit ikan kakap (Lutjanus sp.) tersamak
Abstract
Limbah kulit ikan kakap mempunyai potensi yang cukup besar sebagai bahan baku kulit tersamak karena diproduksi cukup banyak, lebar dan memiliki corak sisik yang menarik. Produksi ikan kakap di Indonesia pada tahun 2006 berkisar 109.312 ton dan meningkat pada tahun 2007 menjadi 116.994 ton sedangkan untuk produksi kulit di Indonesia mencapai 440 juta lembar dengan nilai mencapai Rp. 34,81 triliun. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan limbah kulit ikan kakap (Lutjanus sp.) menjadi produk kulit tersamak dan mempelajari pengaruh dari perbandingan kosentrasi krom untuk mendapatkan mutu kulit samak yang terbaik. Proses penyamakan dilakukan untuk menentukan kulit kakap tersamak terbaik berdasarkan konsentrasi krom (0%, 1%, 3% dan 5%). Metodologi yang digunakan dalam proses penyamakan ikan kakap meliputi pengapuran, pembuangan kapur dan pengikisan protein, pengasaman, penyamakan krom, penetralan, penyamakan ulang, pengecatan dasar dan peminyakan, pementangan, pelembapan dan peregangan dengan melakukan pementangan kembali serta penyetrikaan. Hasil kulit tersamak diuji kesukaan dan karakteristik fisik. Pengujian karakteristik fisik kulit kakap tersamak meliputi uji kekuatan tarik dan kekuatan regang atau kemuluran dan kekuatan sobek. Kulit ikan kakap tersamak terpilih adalah kulit dengan penambahan kadar krom 3% berdasarkan uji kesukaan. Pengujian karakteristik fisik dilakukan terhadap kulit samak dengan penambahan krom (1%, 3% dan 5%). Hasil analisis fisik kulit tersamak memenuhi standar Badan Standarisasi Nasional tentang standar baku mutu kulit. Hasil analisis fisik menunjukkan penyamakan dengan konsentrasi krom 5% mempuyai kekuatan tarik dan kekuatan sobek yang terbaik dengan nilai berturut-turut 143,5 kg/cm2 dan 29,5 kg/cm, sedangkan konsentrasi krom 1% memberikan nilai terbaik terhadap kekuatan regang sebesar 47,9%.