Kajian dampak perambahan hutan taman nasional lore lindu terhadap fungsi hidrologi dan beban erosi
Date
2006Author
Sinukaban, Naik
Pawitan, Hidayat
Tarigan, Suria Darma
Hidayat, Yayat
Metadata
Show full item recordAbstract
Konversi lahan hutan 1menjadi lahan pertanian oleh masyarakat sekitar hutan di DAS Nopu Hulu dan sekitarnya (kawasan Taman Nasional Lore Lindu) telah menyebabkan perubahan fungsi hidrologi yang signifikan sehingga dapat mengancam kesetimbangan dinamik sumberdaya lahan dan lingkungan. Selain menyebabkan terjadinya perubahan kondisi iklim (iklim mikro), terbukanya penutupan lahan akibat pembukaan hutan memberikan konsekuensi terhadap peningkatan erosi dan aliran permukaan dalam sistem lahan dan DAS. Pengelolaan lahan secara tradisional dan belum adanya penerapan tindakan konservasi tanah dan air yang dilakukan petani perambahan hutan, menyebabkan terjadinya peningkatan erosi dan aliran permukaan yang sangat drastis pada gilirannya membawa dampak merugikan yang sangat besar bagi petani (on site effect) dan masyarakat lain yang dipengaruhinya (off site effect). Untuk mempelajari fenomena dampak perubahan penggunaan lahan (perambahan hutan Taman Nasional Lore Lindu) terhadap fungsi hidrologi dan beban erosi, penelitian dilakukan di DAS Nopu Hulu, Desa Bulili, Kecamatan Palolo, Sulawesi Tengah yang berlangsung pada tahun anggaran 2005-2006. Konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian tanaman coklat rakyat, tanaman pertanian semusim (jagung, kacang tanah), semak belukar dan kebun vanili di DAS Nopu telah menyebabkan terjadinya peningkatan erosi dan aliran permukaan yang sangat nyata dan menurunkan fungsi hidrologi DAS. Konversi lahan tersebut menyebabkan peningkatan erosi sebesar 3496,7% pada penggunaan lahan tumpang sari antara tanaman coklat muda dengan tanaman jagung dan ketela pohon, rotasi jagung dan kacang tanah (3369,6%), pertanaman jagung monokultur (3346,7%) dan pada lahan pertanian coklat muda sebesar 1943,5%. Sedangkan aliran permukaan meningkat sebesar 446,3% pada lahan coklat berumur sedang, 242,1% pada lahan coklat muda + ketela pohon, dan sebesar 239,1% pada lahan semak coklat dewasa.