Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) Beras Analog di Serambi Botani, Botani Square, Bogor
Abstract
Saat ini, konsumsi pangan pokok masyarakat Indonesia masih didominasi oleh beras. Ketergantungan masyarakat Indonesia yang sangat tinggi terhadap beras akan menjadi masalah jika ketersediaan beras sudah tidak dapat terpenuhi. Beras menjadi kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi setiap hari, bahkan di Indonesia berkembang budaya “Belum makan kalau tidak makan nasi (beras)”. Beras telah dianggap sebagai pangan superior, padahal banyak ragam pangan lokal lainnya yang berpotensi dikembangkan sebagai alternatif pangan pokok. Untuk itu, perlu dikembangkan suatu pangan alternatif seperti beras analog yang terbuat dari campuran tepung berbahan baku lokal dan sengaja didesain menyerupai bentuk beras sehingga tidak mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia yang mengonsumsi beras konvensional (biasa). Dengan mengembangkan kearifan pangan lokal, beras analog dibuat se-convenience mungkin sehingga memiliki tangible benefit dan intangible benefit. Dari segi kadungan gizi, selain sama-sama merupakan sumber karbohidrat, beras analog ini terbukti lebih sehat karena memiliki Indeks Glikemik yang lebih rendah dibandingkan beras konvensional. Beras analog diproduksi oleh F-Technopark IPB dan dipasarkan di Serambi Botani pada November 2012. Sebagai produk baru yang belum dikenal masyarakat luas, Serambi Botani belum mengetahui apakah masyarakat bersedia membayar beras analog dengan harga yang akan ditawarkan yaitu Rp 20.000,00 per 800 gram. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis hubungan antara karakteristik responden dengan kesediaan membayar (Willingness to Pay) beras analog di Serambi Botani, (2) mengestimasi nilai kesediaan membayar (Willingness to Pay) beras analog di Serambi Botani, dan (2) menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi nilai kesediaan membayar (Willingness to Pay) beras analog tersebut.
Collections
- UT - Agribusiness [4618]