Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Abstract
Pengembangan peternakan saat ini menunjukkan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Peternakan mempunyai peran dalam pemenuhan kebutuhan gizi bangsa Indonesia akan pangan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan penduduk. Salah satu komoditas peternakan yang dapat diusahakan adalah sapi perah. Sapi perah adalah ternak yang menghasilkan bahan pangan kaya protein yaitu berupa susu. Industri persusuan di Indonesia memiliki prospek yang cukup cerah mengingat adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Produksi susu segar nasional mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,79 persen dari tahun 2003 sampai 2008. Sementara pertumbuhan ratarata konsumsi nasional dari tahun 2003 sampai 2008 mencapai 13,80 persen. Kecamatan Tanjungsari adalah salah satu daerah penghasil susu sapi di Jawa Barat, selain Lembang dan Pengalengan. Rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi di Kecamatan Tanjungsari adalah empat ekor per peternak. Sapi perah yang dipelihara di Kecamatan Tanjungsari tingkat produktivitas masih relatif rendah. Produktivitas susu sapi perah yang berumur lima tahun rata-rata sebesar 8-9 liter/ekor/hari, padahal produktivitas ideal 12 sampai 15 liter/ekor/hari. Saat ini budidaya sapi perah di Kecamatan Tanjungsari masih menghadapi kendala dalam produktivitas. Produktivitas susu sangat tergantung dari penggunaan input yang digunakan dalam budidaya sapi perah. Selain produktivitas masalah yang dihadapi peternak adalah kenyataan bahwa harga input meningkat lebih tinggi dari pada harga output. Sebagai contoh, harga pakan konsentrat dari Rp 1.100 per kilogram naik menjadi Rp 1.425 per kilogram dan ampas tahu dari harga Rp 400 per kilogram naik menjadi Rp 600 per kilogram, sedangkan kenaikan harga susu dari Rp 2.866 per liter hanya naik menjadi Rp 2.896 per liter atau hanya naik sebesar Rp 30 saja per liter. Dengan demikian biaya operasional yang dikeluarkan oleh peternak lebih besar dibandingkan dengan penerimaan dari hasil penjualan susu sapi. Ketidakseimbangan ini berakibat pada semakin berkurangnya pendapatan yang diterima peternak dari usaha ternaknya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas susu sapi dan 2) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi perah. Penelitian ini dilakukan di Desa Margajaya dan Desa Raharja Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang pada bulan Maret hingga April 2010. Pengambilan responden untuk peternak dilakukan dengan metode purposive sampling. Peternak yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah peternak anggota kelompok Ternak Mekar Asih dan Kelompok Ternak Wibawa Mekar. Jumlah responden sebanyak 36 orang. Proporsi jumlah 36 responden dari Kecamatan Tanjungsari tersebut adalah 20 peternak di Desa Raharja dan 16 peternak di Desa Margajaya. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui iii gambaran tentang usahaternak sapi perah di Kecamatan Tanjungsari. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, R/C ratio, dan fungsi Cobb Douglas. Kegiatan budidaya sapi perah di Kecamatan Tanjungsari meliputi pengadaan dan pemilihan bakalan sapi, persiapan kandang, penggunaan peralatan, tenaga kerja, pakan, kesehatan hewan dan reproduksi, pemanenan dan pasca panen. Rata-rata kepemilikan sapi perah responden sebanyak empat ekor. Berdasarkan hasil analisis penerimaan usahaternak sapi perah rata-rata responden sebesar Rp 42.611.062,68, sedangkan untuk analisis pendapatan usahaternak sapi perah responden menguntungkan untuk diusahakan karena mempunyai pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 18.269.904,24 dan pendapatan atas biaya total Rp 10.602.237,74. Nilai R/C rasio atas biaya tunai yaitu 1,80 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1,34, artinya bahwa usahaternak sapi perah ini menguntungkan untuk diusahakan karena memiliki nilai R/C rasio lebih dari satu. Hasil pendugaan model nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 74,9 persen. Nilai determinasi (R2) sebesar 74,9 persen tersebut, menunjukkan variasi produktivitas dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor hijauan, konsentrat, ampas tahu, vaselin dan tenaga kerja, sedangkan 25,1 persen lagi dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hijauan mempunyai nilai koefisien yaitu 0,6761, konsentrat sebesar 0,31289 dan ampas tahu sebesar 0,08651 artinya dengan meningkatkan pemakaian sebesar satu persen ketiga input tersebut akan meningkatkan produktivitas sebesar nilai koefisiennya. Selain itu ketiga faktor ini masingmasing mempunyai pengaruh nyata terhadap produktivitas susu. Sementara untuk tenaga kerja mempunyai nilai koefisien yang negatif yaitu -0,55327 artinya dengan meningkatkan penggunaan input tersebut justru akan menurunkan produktivitas sebesar 0,55327. Selain itu faktor tenaga kerja mempunyai pengaruh nyata terhadap produktivitas susu. Hasil pendugaan model nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 76,8 persen. Nilai determinasi (R2) sebesar 76,8 persen tersebut, menunjukan variasi pendapatan dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor harga hijauan, harga konsentrat, harga ampas tahu, harga vaselin, biaya kesehatan hewan, upah tenaga kerja dan harga jual susu, sedangkan 23,2 persen lagi dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi perah yaitu harga hijauan, harga konsentrat harga ampas tahu, harga vaselin, biaya kesehatan hewan, upah tenaga kerja dan penjualan susu. Harga hijauan mempunyai nilai koefisien regresi negatif yaitu -3,3363, harga konsentrat yaitu -6,304, harga ampas tahu yaitu -2,2560, harga vaselin yaitu - 4,580, dan upah tenaga kerja yaitu -5,467 artinya setiap peningkatan kelima harga tersebut sebesar satu persen maka akan menurunkan pendapatan sebesar nilai koefisiennya. Sementara untuk biaya kesehatan hewan dan harga jual susu mempunyai nilai koefisien yang positif yaitu 0,7736 dan 72,90 artinya dengan meningkatkan harga sebesar satu persen kedua input tersebut akan meningkatkan pendapatan peternak sebesar nilai koefisiennya. Dalam meningkatkan produktivitas susu sapi perah di Kecamatan Tanjungsari, upaya yang dapat dilakukan oleh peternak yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas pakan hijauan, pakan konsentrat dan ampas tahu agar produktivitas susu sapi dapat meningkat. Selain itu peternak harus memperhatikan iv perubahan harga input, karena adanya kenaikan harga input akan mengakibatkan kenaikan biaya operasional sehingga pendapatan peternak akan berkurang. Serta peternak harus memperhatikan jumlah pemberian pakan hijauan, karena akan mengurangi pemborosan pengeluaran yang dilakukan.
Collections
- UT - Agribusiness [4248]