Penerapan Teknologi Budidaya Jenuh Air pada Tanaman Padi dan Kedelai Untuk Meningkatkan Indeks Penanaman di Lahan Pasang Surut
Date
2012Author
Ghulamahdi, Munif
Aziz, Sandra Arifin
Makarim, Abdul Karim
Metadata
Show full item recordAbstract
Peningkatan produksi pangan nasional dapat dilakukan melalui peningkatan luas areal tanam dan produktivitas tanaman. Peningkatan indeks penanaman akan meningkatkan luas areal tanam, dan akan berdampak terhadap peningkatan produksi pangan. Penerapan budidaya jenuh air sesuai untuk diterapkan di lahan pasang surut yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh varietas dan tinggi muka air pada budidaya jenuh air terhadap pertumbuhan, dan produksi padi dan kedelai pada lahan pasang surut. Penelitian dilaksanakan di Banyu Urip, Tanjung Lago, Banyu Asin, Sumatera Selatan dari Maret sampai September 2010. Penelitian terdiri atas: 1) pertumbuhan dan produksi padi pada berbagai varietas dan tinggi muka air, 2) pertumbuhan dan produksi kedelai pada berbagai varietas dan budidaya jenuh air dan kering Pada tanaman padi dan kedelai percobaan menggunakan Rancangan Petak Terpisah. Pada tanaman padi, sebagai petak utama adalah tinggi muka air yang terdiri atas: 5 cm di atas permukaan tanah (sebagai pembanding), 5 cm di bawah permukaan tanah, dan 15 cm di bawah permukaan tanah, dan kondisi tidak tergenang/kering. Sebagai anak petak adalah varietas terdiri atas: Indragiri, Fatmawati, Ciherang, dan Gilerang. Pada tanaman kedelai, sebagai petak utama adalah sistem budidaya yang terdiri atas: BJA (Budidaya Jenuh Air), dan BK (Budidaya Kering). Sebagai anak petak adalah varetas terdiri atas: Tanggamus, Slamet, Wilis, dan Anjasmoro. Hasil menunjukkan pada tanaman padi, interaksi nyata mempengaruhi bobot kering gabah per petak. Bobot kering gabah per petak tertinggi diperoleh pada tinggi muka air 5 cm di bawah permukaan tanah pada Indragiri, dan terendah pada BK pada keempat varietas tersebut. Produktivitas Indragiri pada tinggi muka air 5 cm di bawah permukaan tanah diperoleh 5.12 ton/ha. Pada tanaman kedelai, interaksi nyata mempengaruhi jumlah polong isi, bobot 100 biji, dan bobot kering biji per petak. Bobot kering biji per petak tertinggi diperoleh pada BJA pada Anjasmoro (4.06 ton/ha), dan terendah pada BK juga pada Anjasmoro (0.11 ton/ha). Indeks penanaman dapat ditingkatkan dari padi menjadi padi-padi-kedelai di lahan pasang surut