Evaluating Acceleration Class Programe, Case study Acceleration Program in Junior High School (SMP) 252 Jakarta

Abstract

Acceleration class is a programe that be provided especially for the highest capable students in absorbing their lessons, and who are more creative. In SMP 252 Jakarta, accelleration program was built since 2002. Several years later found some weekness within this program such as a descrimination, it causes jealous, even be worse thing. Those are occurred in most of holding schools. Descending the qualified acceleration graduated is an unsuccessful signal, including in SMP 252. It’s time to evaluate 252’s acceleration program about successful main indicators. There are two signs indicate the high or low quality of graduates. They are low in the national test value (UN), and how many graduates succeed in achieving their favourite senior high school. By few statistical test will be verified some hypothesis then finding an inference. Using UN data from acceleration classes in period 2004-2009 and random samples of regular graduated students in 2009. The research result showed that mean of UN in period 2005-2009 was getting down. Low in UN caused sum of graduates (in percent) who be accepted at their favorite senior high school so was decreasing. Otherwise the mean of UN value belonged to accelaration class in 2009 was not better than regular class. There is not significant difference in achieving UN and favorite senior high school between acceleration class and reguler class.

Kelas akselerasi diselenggarakan dalam rangka memberi layanan maksimal kepada para siswa yang memiliki kemampuan daya serap yang tinggi. Kelas akselerasi dan kelas unggulan, khususnya di SMPN 252 Jakarta diselenggarakan dalam rangka memisahkan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan yang rendah. Namun dalam pelaksanaan program akselerasi muncul berbagai permasalahan yang bersifat umum dan khusus. Permasalahan umum adalah hal yang umum terjadi di setiap sekolah penyelenggara dan siswanya, diantaranya munculnya sikap egois dan percaya diri yang tinggi pada diri siswa, lebih memprioritaskan pembelajaran di kelas akselerasi dari pada kelas reguler, dan munculnya kesenjangan sosial dan minder yang dialami oleh siswa reguler. Permasalahan yang khususnya adalah prestasi siswa kelas akselerasi di SMPN 252 Jakarta dalam tiga tahun terakhir ini menurun. Itu terlihat dari pencapaian nilai ujian nasional (UN) sejak tahun 2006 yang cenderung menurun hingga tahun 2009, berbeda dengan rataan UN kelas reguler yang sempat kembali naik pada UN 2008. Persentasi alumni akselerasi yang diterima di SMA favorit pada tahun pertamanya juga menurun. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah studi pustaka dan survey. Data diambil dari kelas akselerasi lulusan tahun 2004 sampai 2009. Untuk data sampling diambil jumlah contoh acak sebanyak 17 siswa akselerasi dan 24 orang siswa kelas reguler berdasarkan teknik Diamond dalam buku Aunuddin (2005), dan 10 orang guru kelas akselerasi.