Analisis Network Supply Chain dan Pengendalian Persediaan Beras Organik (Studi Kasus : Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab. Bogor)
Abstract
Sebagian Penduduk Indonesia sudah sadar mengenai kesehatan pribadi dan lingkungan sehingga gaya hidup berubah menjadi “back to nature” dan mulai mengkonsumsi produk organik. Banyak pelaku agribisnis yang mengusahakan beras organik karena harga jual lebih tinggi dibandingkan beras biasa sehingga timbul persaingan untuk memperoleh konsumen sebanyak-banyaknya. Saat ini, untuk memenangi persaingan, pelaku usaha tidak lagi bersaing sendiri, tetapi bersaing antar rantai pasok. Tani Sejahtera Farm (TSF) merupakan anggota rantai pasok beras organik. Badan usaha ini memiliki masalah pada aliran produk, finansial, dan infornasi sepanjang rantai pasoknya sehingga menyebabkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan. Penelitian ini bertujuan : (1) Mengkaji kondisi dan kinerja rantai pasok beras organik ; (2) Menganalisis nilai tambah setiap anggota rantai pasok beras organik ; (3) Menganalisis dan menghasilkan ukuran pengendalian persediaan beras organik. Penelitian berlokasi di Tani Sejahtera Farm, Kabupaten Bogor dan berlangsung dari Bulan Februari hingga April 2012. Jenis data yang diambil adalah data primer dan sekunder melalui observasi langsung dan wawancara dengan menggunakan kuisioner. TSF merupakan sampel pertama yang ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Kemudian sampel selanjutnya ditentukan dengan metode snowball sampling, yaitu petani mitra dan ritel produk organik. Jumlah seluruh sampel dalam penelitian ini sebanyak 14 sampel yang merupakan anggota rantai pasok beras organik. Terdapat dua jenis metode yang digunakan untuk mengolah data, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang digunakan adalah kerangka FSCN (Food Supply Chain Networking) untuk menganalisis kinerja rantai pasok dengan pendekatan efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset. Selain itu, pengukuran nilai tambah dilakukan dengan Metode Balk serta analisis pengendalian persediaan dengan metode yang diterapkan Chopra dan Meindl. Rantai pasok beras organik berbentuk jaringan. Pasar tujuan rantai pasok ini adalah pasar domestik. Struktur rantai pasok beras organik terdiri dari sebelas petani mitra, TSF, dua ritel produk organik, dan konsumen akhir. Kedua ritel adalah MM Organic and Vegetable serta Ming Organic and Vegetarian Foods. Kriteria pemilihan mitra hanya ditetapkan oleh TSF dan ritel produk organik. Kesepakatan yang sudah terjalin tidak secara formal. Anggota rantai pasok memiliki sumber daya yang sesuai dengan kebutuhan. Siklus yang dijalankan dalam proses bisnis adalah customer order, replenishment, dan procurement cycle. Aliran produk lancar, sedangkan aliran finansial dan informasi kurang lancar. Kinerja rantai pasok dapat dilihat dari efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset. Analisis margin pemasaran dan farmer’s share dibagi menjadi tiga saluran karena harga akhir produk berbeda. Dari hasil analisis efisiensi pemasaran pada rantai pasok beras organik, hanya saluran 2 yang belum efisien dengan nilai margin Rp. 22.500 dan farmer’s share 22,41 persen sehingga rantai pasok beras organik belum efisien secara keseluruhan. Analisis efisiensi pengelolaan asset persediaan beras organik TSF sudah efisien dengan nilai inventory turnover 12 kali dan inventory days of supply 30 hari. Pengelolaan asset uang tunai belum efisien dengan nilai cash to cash cycle time yang besar selama 35 hari. Bila dilihat dari keenam elemen kerangka FSCN, kondisi rantai pasok beras organik belum baik karena penerapan manajemen rantai pasok belum baik, proses bisnis kurang lancar, dan kinerja belum efisien seluruhnya. Analisis nilai tambah dilakukan pada setiap anggota rantai pasok beras organik dan secara keseluruhan. Nilai tambah yang diperoleh seluruh petani mitra sebanyak Rp. 31.358.350 dengan besar kontribusi dalam penciptaan perolehan nilai tambah rantai pasok beras organik sebesar 41 persen. TSF merupakan anggota rantai pasok yang memberikan kontribusi terbanyak dengan persentase 42 persen dan sejumlah Rp. 32.091.650, sedangkan ritel produk organik memperoleh nilai tambah sebesar Rp. 12.960.000 dengan besar kontribusi 17 persen. Jumlah nilai tambah rantai pasok beras organik keseluruhan sebesar Rp. 76.410.000 dalam setahun pada tahun 2011. Nilai tambah rantai pasok beras organik cukup
Collections
- UT - Agribusiness [4618]