Analisis Pengaruh Infrastruktur terhadap Konvergensi Pendapatan di Pulau Sumatera
Abstract
Kesenjangan atau ketimpangan pendapatan di suatu daerah akan menimbulkan berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut dapat berupa peningkatan migrasi dari daerah yang miskin ke daerah yang lebih maju, kriminalitas, dan konflik antar masyarakat. Dalam konteks kenegaraan kesenjangan akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang kemudian akan mengancam keutuhan suatu negara. Maka dari itu, kesenjangan harus diatasi oleh pemerintah dengan mendorong daerah yang miskin untuk mampu mengejar ketertinggalan perekonomiannya terhadap daerah yang sudah kaya. Hal ini dapat disebut sebagai konvergensi pendapatan, yaitu pengejaran pertumbuhan ekonomi oleh daerah miskin terhadap daerah kaya. Salah satu penyebab kesenjangan yang terjadi antardaerah di Indonesia dapat diakibatkan oleh kesenjangan ketersediaan infrastruktur. Infrastruktur merupakan suatu input dalam proses produksi yang dapat memberikan peningkatan produktivitas marjinal pada output. Infrastruktur yang layak dan tepat dapat membantu mendorong berbagai kegiatan ekonomi melalui fungsinya yang dapat melancarkan proses produksi dan mobilitas manusia, barang, dan jasa. Dengan demikian, infrastruktur berperan sebagai prasyarat dalam meningkatkan perekonomian. Perbedaan ketersediannya antardaerah dapat menciptakan perbedaan kemampuan antardaerah dalam menciptakan pendapatan. Selanjutnya, hal itu akan berdampak pada kesenjangan pendapatan antardaerah. Kepemilikan nilai PDRB riil per kapita dan infrastruktur di berbagai propinsi di Pulau Sumatera pada Tahun 2010 menunjukkan kondisi yang belum merata. Infrastruktur yang diamati adalah jalan, listrik, air bersih, dan kesehatan. Perbedaan tersebut menggambarkan bahwa masing-masing propinsi memiliki perbedaan sarana dan prasarana yang dapat memengaruhi perbedaan kemampuan untuk meningkatkan perekonomian daerah. Penelitian ini mencoba menganalisis proses konvergensi pendapatan di Pulau Sumatera dan mengidentifikasi peran infrastruktur terhadap konvergensi pendapatan di Pulau Sumatera. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Kesehatan RI, dan PT. PLN. Data panel yang dikumpulkan berupa data cross section yang terdiri dari sembilan propinsi di Pulau Sumatera yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan Kepulauan Bangka Belitung serta data time series tahunan periode 2003-2010. Konvergensi sigma dihitung dengan standard deviasi dari logaritma PDRB riil per kapita (Barro dan Sala-i Martin, Bab 11:2004) di Pulau Sumatera dari tahun ke tahun. Analisis konvergensi beta kondisional melibatkan variabel infrastruktur. Persamaan yang digunakan yaitu persamaan pada Krismanti (2011) dengan penyesuaian terhadap penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah panel dinamis dengan Sys-GMM. Hasil estimasi konvergensi sigma menunjukkan adanya konvergensi pendapatan, dilihat dari penurunan nilai standard deviasi logaritma PDRB riil per kapita selama periode analisis. Analisis konvergensi beta kondisional menunjukkan bahwa proses konvergensi pendapatan di Pulau Sumatera telah terjadi. Hal itu terlihat pada koefisien dari lag PDRB riil per kapita yang kurang dari satu, yaitu sebesar 0,9301 dan signifikan. Konvergensi pendapatan di Pulau Sumatera memiliki kecepatan 7,24 persen dan waktu untuk mengurangi setengah kesenjangan menuju ke kondisi mapan adalah lebih dari 9 tahun. Infrastruktur yang mendukung terjadinya konvergensi adalah listrik. Pentingnya infrastruktur sebagai pendukung konvergensi pendapatan di Pulau Sumatera, menunjukkan bahwa pemerintah perlu terus memerhatikan pembangunan, perbaikan, dan pemeliharaan infrastruktur. Hal tersebut utamanya perlu dilakukan di daerah yang berpendapatan rendah, sehingga daerah tersebut diharapkan dapat mengejar ketertinggalannya terhadap daerah yang sudah maju. Penelitian selanjutnya disarankan menganalisis lebih lanjut mengenai pengaruh infrastruktur lainnya terhadap konvergensi pendapatan di Pulau Sumatera yang juga dapat melancarkan arus barang, jasa, manusia, dan informasi. Dengan demikian, estimasi dapat lebih lengkap dan menyeluruh.