Analisis Tataniaga Kayu Manis (Cynamomum burmanii BLUME) di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi
Abstract
Kayu manis Kerinci merupakan kayu manis dengan kualitas terbaik di dunia. Kayu manis juga berperan dalam menghasilkan devisa dan meningkatkan PDRB Kabupaten Kerinci. Permintaan kayu manis semakin meningkat dengan semakin banyaknya industri yang memanfaatkan kayu manis sebagai bahan baku, terutama untuk pasar luar negeri. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi saluran dan lembaga- lembaga tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci, (2) menganalisis fungsi-fungsi tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci, (3) mengidentifikasi dan menganalisis struktur, perilaku dan keragaan pasar dari sistem tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci, (4) menganalisis margin tataniaga dan farmer’s share dari lembaga-lembaga tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci, (5) menganalisis efisiensi dari sistem tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Waktu penelitian dari bulan Februari hingga Maret 2012. Responden penelitian adalah petani kayu manis sebanyak 30 orang dan pedagang sebanyak 20 orang. Pengambilan responden petani dilakukan secara purposive sedangkan pedagang menggunakan snowball sampling Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat struktur dan perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk melihat efisiensi operasional dan efisiensi harga dalam tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci. Berdasarkan analisis kualitatif didapatkan bahwa dalam pendistribusian kulit kayu manis ada lima saluran yang digunakan yaitu saluran Ia, Ib, IIa, IIb, III. Dalam saluran tersebut ada beberapa lembaga tataniahga yang terliat yaitu petani, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar kabupaten, pabrik sirup kayu manis dan eksportir. Saluran Ia merupakan saluran yang melibatkan petani, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar kabupaten, dan eksportir. Saluran Ib melibatkan petani, pedagang pengumpul desa, pedagang besarkebupaten dan eksportir. Saluran IIa melibatkan petani, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar kabupaten, dan eksportir. Saluran IIb melibatkan petani, pedagang pengumpul kecamatan, dan pabrik sirup kayu manis. sedangkan saluran III melibatkan petani, pedagang besar kabupaten, dan eksportir. Struktur pasar yang terjadi dalam perdagangan kayu manis di Kabupaten Kerinci adalah pasar persaingan tidak sempurna. Dimana pedagang mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam penentuan harga dan petani hanya menerima harga (price taker), barang yang diperdagangkan pun masih belum terdiferensiasi, secara umum petani jarang yang memberikan nilai tambah terhadap produk, bahkan grading dan sortasi pun lebih banyak dilakukan oleh pedagang. Informasi pasar terdistribusi tidak sempurna, sehingga petani tidak sepenuhnya tahu informasi yang diberikan oleh eksportir melalui para pedagang. Sedangkan untuk perilaku pasar dapat dilihat dari praktek pembelian dan penjualan, sistem penentuan harga, sistem pembayaran, dan kerjasama antar lembaga. Sistem penentuan harga kayu manis berdasarkan kepada kadar air dan informasi harga yang diterima dari eksportir. Walaupun dalam prakteknya terjadi tawar-menawar, harga yang berlaku tetap saja harga yang ditawarkan oleh pedagang. Sistem pembayaran yang digunakan ada dua yaittu pembayaran tunai dan pembayaran sebagian. Penggunaan sistem pembayaran didasarkan pada kepercayaan atas lamanya kerjasama tersebut dijalin. Sedangkan untuk kerjasama, sudah ada kerjasama yang terjalin antara petani dan pedagang, dan sesama pedagang, namun kerjasama tersebut belum berjalan secara maksimal. Berdasarkan perhitungan efisiensi operasional menggunakan margin tataniga, farmer’s share, dan rasio keuntungan dan biaya maka didapatkan bahwa saluran yang berakhir di eksportir tidak efisien. Rasio keuntungan terhadap biaya pada beberapa saluran nilainya kecil dari satu yang mengindikasikan saluran ini tidak layak, hanya saluran Ia dan saluran IIb yang nilai ratio keuntungan dan biayanya yang lebih besar dari satu, namun pada saluran Ia nilai farmer’s share sama dengan margin yaitu 50 persen. Pada saluran IIb, nilai ratio keuntungannnya sangat tinggi yaitu 17,48 dan nilai farmer’s share lebih besar dari margin tataniaga sehingga saluran ini bisa dikatakan efisien. Namun, saluran ini volumenya sangat sedikit sehinggga belum bisa sepenuhnya dijadikan alternatif saluran penjualan kayu manis. Petani bisa mengkombinasikan penjualan, tidak hanya menjual ke eksportir namun juga menjual ke pabrik sirup kayu manis untuk memaksimumkan keuntungan. Berdasarkan analisis keterpaduan pasar melalui pendekatan analisis harga di tingkat petani yang berperan sebagai pasar lokal selaku pengikut harga dan tingkat pedagang eksportir yang berperan sebagai pasar acuan selaku penentu harga, dapat diketahui bahwa pasar di tingkat petani kayu manis di Kabupaten Kerinci dengan pasar eksportir (eksportir Padang) tidak terpadu baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya perubahan harga di tingkat eksportir sebagai pasar acuan tidak sampai kepada pasar di tingkat petani. Hal ini menunjukkan sistem tataniaga kayu manis di lokasi penelitian belum efisien. Sistem tataniaga di Kabupaten Kerinci dapat lebih efisien lagi dengan memaksimalkan peran kelompok ataupun koperasi. Selama ini informasi harga tidak transparan, karena baik pedagang maupun petani tidak pernah tahu berapa harga kayu manis yang dijual oleh eksportir setelah di olah keluar negeri. Selain itu, adanya pabrik sirup kayu manis dan penyulingan minyak kayu manis agar lebih ditunjang dari berbagai segi agar nantinya bisa meningkatkan nilai tambah dari kayu manis.oleh sebab itu, perlu adanya kerjasama anatar petani, pedagang, asosiasi, dan pemerintah untuk meningkatkan efektifitas pemasaran kayu manis.
Collections
- UT - Agribusiness [4618]