Efisiensi Teknis Usahatani Ubi Jalar di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Abstract
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun menyebabkan terjadinya peningkatan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Kondisi ketahanan pangan khususnya yang berkaitan dengan penyediaan pangan bagi manusia sangat penting untuk diperhatikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Salah satu solusi dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan adalah diversifikasi pangan dengan memanfaatkan pangan lokal yang ada seperti umbi-umbian. Umbi-umbian termasuk dalam sub-sektor tanaman pangan. Sub-sektor tanaman pengan menyerap tenaga kerja paling besar dibandingkan dengan sub-sektor pertanian lainnya. Salah satu komoditas tanaman pangan yang mengalami pertumbuhan adalah ubi jalar. Pertumbuhan produksi dan produktivitas ubi jalar di Indonesia pada tahun 2011 terhadap 2010 bernilai positif jika dibandingkan dengan beberapa komoditi lainnya. Negara-negara maju telah lama memanfaatkan ubi jalar sebagai produk olahan bernilai gizi tinggi seperti tepung ubi jalar dan secara ekonomis memiliki peluang pasar yang besar. Namun, budidaya yang selama ini dilakukan oleh petani ubi jalar diindikasikan masih belum efisien. Hal tersebut dilihat dari penggunaan sumber daya yang tidak sesuai anjuran sehingga menyebabkan tingkat pendapatan petani rendah. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis tingkat pendapatan usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang, (2) menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubi jalar di Desa Cikarawang, dan (3) menganalisis efisiensi teknis serta faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis petani ubi jalar di Desa Cikarawang. Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-April 2012. Responden penelitian ini sebanyak 35 orang petani ubi jalar yang menanam ubi jalar pada musim tanam akhir tahun 2011. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan fungsi produksi Stochastic Frontier dengan metode pendugaan MLE. Efisiensi biaya dapat diperoleh dari luasan lahan yang lebih besar. Pendapatan usahatani petani di daerah penelitian dengan luas lahan lebih dari 0,5 Ha lebih besar daripada luas lahan kurang dari 0,5 Ha baik atas biaya tunai maupun biaya total. Analisis R/C rasio pun menunjukkan nilai yang lebih besar pada luasan lahan lebih dari 0,5 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar di daerah penelitian menguntungkan untuk dilaksanakan karena nilai R/C rasio menunjukkan nilai lebih dari satu. Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar di daerah penelitian adalah adalah luas lahan, tenaga kerja, penggunaan pupuk N, pupuk P, dan pestisida. Nilai rata-rata efisiensi teknis petani responden hanya sebesar 0,564 artinya rata-rata produktivitas ubi jalar yang dicapai petani adalah 56,4 persen dari produktivitas maksimum yang dapat dicapai dengan sistem pengelolaan yang terbaik. Hal ini berkaitan dengan sumber-sumber inefisiensi teknis yang berpengaruh terhadap inefisiensi teknis yaitu usia petani dan pengalaman. iii Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat disampaikan antara lain (1) Sebaiknya petani yang belum bergabung dalam kelompok tani dapat bergabung dengan kelompok tani setempat agar dapat mempermudah pemerolehan input produksi, meningkatkan pengetahuan petani melalui penyuluhan, mempermudah pemasaran produk, dan memperkuat posisi tawarnya terhadap harga jual ubi jalar, (2) Disaat supply ubi meningkat di pasaran, petani sebaiknya memberikan nilai tambah pada ubi jalar dengan mengolahnya menjadi produk lain seperti tepung dan keripik ubi jalar sehingga petani dapat memperoleh tambahan pendapatan, (3) Sebaiknya pemerintah melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dapat lebih mensosialisasikan teknologi budidaya ubi jalar sehingga dapat meningkatkan efisiensi teknis usahatani ubi jalar, (4) Untuk mengatasi hama lanas yang banyak menyerang ubi sebaiknya dilakukan pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman lain selain ubi jalar, (5) Pemerintah daerah sebaiknya mengatur sistem irigasi pertanian di wilayah penelitian terlebih setelah adanya pembangunan wisata setempat sehingga tidak berdampak pada produktifitas komoditas pertanian, dan (6) Penelitian selanjutnya diharapkan menganalisis tingkat efisiensi alokatif dan ekonomis sehingga diperoleh analisis efisiensi yang lebih komprehensif.
Collections
- UT - Agribusiness [4610]