Keragaman Kadar Lignin pada Empat Jenis Bambu
Abstract
Lignin merupakan salah satu komponen kimia penyusun bahan berlignoselulosa yang berperan penting terhadap sifat pengolahan dan penggunaanya. Di antara sifat kimia lignin yang penting untuk diketahui adalah kadar lignin secara kuantitatif dan reaktivitasnya. Selain kadar lignin Klason, kadar lignin terlarut asam merupakan salah satu parameter sifat kimia lignin yang tidak hanya berkaitan dengan kadar lignin, akan tetapi juga diduga berkaitan dengan reaktivitas monomer penyusun lignin (Matsushita et al. 2004). Reaktivitas lignin dalam kayu dapat diduga oleh proporsi tipe monomer penyusunnya. Hal ini karena adanya perbedaan reaktivitas antara unit siringil dibandingkan dengan guaiasil penyusun lignin (Yasuda et al. 2001, Tsutsumi et al. 1995). Lignin bambu, yang termasuk kelompok rumput-rumputan, berbeda dengan kayu dalam kadar dan sifat kimianya. Secara umum lignin bambu dapat digolongkan sebagai lignin “siringil-guaiasil”, akan tetapi proporsi tipe monomer tersebut bisa beragam antar jenis bambu yang berbeda. Lignin rumput-rumputan, termasuk bambu lebih kompleks karena selain mengandung unit guaiasil, siringil, dan p-hidroksifenil, juga mengandung sejumlah ester-terikat p-coumaric acid (Ros et al. 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menguji kadar lignin, termasuk kadar lignin Klason dan lignin terlarut asam, serta proporsi monomer penyusun lignin empat jenis bambu, yaitu Bambu Betung (Dendrocalamus asper), Bambu Ampel (Bambusa vulgaris), Bambu Andong (Gigantochloa nigrociliata), dan Bambu Tali (Gigantochloa apus). Penelitian ini menggunakan metode Klason dengan memisahkan lignin yang tidak larut sebagai residu setelah hidrolisis asam sulfat yang disebut dengan lignin Klason, sedangkan bagian lignin yang terlarut dalam filtrat disebut dengan lignin terlarut asam. Lignin terlarut asam diukur dengan menggunakan Spektrofotometri UV pada panjang gelombang 205 nm dan koefisien absorbsi 110 L/g.cm. Penentuan proporsi unit penyusun lignin menggunakan metode Pyrolisis Gas Chromatography-Mass Spectrometry (Pyr-GC-MS). Kadar lignin bambu beragam antar jenis dan bagian buku serta ruas batang. Lignin Klason dan lignin terlarut asam bagian buku berkecenderungan lebih tinggi dibandingkan dengan bagian ruas. Lignin bambu termasuk tipe lignin guaiasil-siringil-p-hidroksifenil (lignin SGH) dengan proporsi sekitar 37,90% : 53,10% : 9,00%. Terdapat korelasi positif (r = 0,72) antara kadar lignin terlarut asam dengan nisbah siringil-guaiasil (nisbah S/G). Korelasi antara lignin terlarut asam dengan nisbah siringil-guaiasil penting berkaitan dengan pengolahan bambu, misalnya proses pulping, karena komposisi unit penyusun lignin merupakan parameter penting dalam proses delignifikasi.
Collections
- UT - Forestry Products [2376]