Manajemen Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Unit Usaha Milik Bapak Sukamto di Desa Cipayung Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor
Abstract
Sektor pertanian hortikultura memiliki prospek yang besar untuk dikembangkan, hal ini terkait dengan banyaknya varietas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi apabila dibudidayakan secara tepat. Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap sayuran disebabkan pola hidup sehat yang telah menjadi gaya hidup masyarakat. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap perkembangan bisnis jamur yang merupakan salah satu bagian dari komoditas sayuran yang baik untuk kesehatan. Permasalahan yang dihadapi oleh usaha jamur tiram putih milik Bapak Sukamto adalah produktivitasnya bervariasi setiap bulannya. Hal ini mengindikasi adanya risiko produksi, oleh karena itu diperlukan adanya manajemen dalam mengatur proses produksi untuk dapat meminimalisasi risiko yang dapat mengganggu jalannya proses budidaya jamur tiram putih sehingga pendapatan usaha dapat ditingkatkan. Adanya risiko produksi yang dialami dalam melakukan usaha budidaya jamur berpengaruh terhadap pemenuhan permintaan jamur tiram putih. Produksi jamur tiram putih meningkat setiap tahunnya, akan tetapi belum dapat memenuhi permintaan pasar. Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengindentifikasi sumber-sumber risiko produksi dalam usaha budidaya jamur tiram putih pada usaha Bapak Sukamto, (2) menganalisis probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko produksi pada kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih milik Bapak Sukamto, dan (3) menganalisis strategi penanganan risiko yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram putih milik Bapak Sukamto. Hasil analisis ini akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan yang akan dipetakan ke dalam peta risiko. Peta risiko ini akan menunjukkan posisi risiko dalam perusahaan. Setelah mengetahui posisi risiko, hal selanjutnya yang dilakukan adalah mempelajari penanganan risiko yang tepat untuk meminimalkan risiko yang terjadi. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada usaha budidaya jamur Bapak Sukamto, terdapat sumber-sumber risiko produksi yang teridentifikasi pada usaha budidaya jamur tiram ini. Sumber-sumber risiko tersebut berasal dari manusia, alam serta teknologi. Sumber risiko manusia yaitu kurangnya keterampilan tenaga kerja, sumber risiko yang berasal dari alam adalah hama dan penyakit pada jamur tiram putih yang tidak dapat diprediksi serta sumber risiko yang berasal dari teknologi yaitu teknologi pengukusan. Sumber-sumber risiko tersebut dapat menimbulkan produksi jamur tiram putih pada usaha milik Bapak Sukamto mengalami penurunan. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis risiko produksi jamur tiram putih milik Bapak Sukamto. Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur tingkat risiko menggunakan ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan iii koefisien variasi (coefficient variation). Indikasi adanya risiko produksi pada usaha jamur tiram putih milik Bapak Sukamto dapat dilihat dengan adanya fluktuasi produktivitas yang didapatkan setiap periodenya. Dari hasil penilaian risiko yang menggunakan ukuran coefficient variation, diketahui bahwa usaha jamur tiram putih milik Bapak Sukamto menghadapi risiko produksi sebesar 0,10. Artinya, untuk setiap satu satuan rupiah yang diperoleh usaha jamur tiram milik Bapak Sukamto, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,10 atau 10 %. Nilai probabilitas sumber risiko yang tertinggi adalah teknologi pengukusan (sterilisasi) yaitu sebesar 46,4 %, diikuti oleh sumber keterampilan tenaga kerja 41,7 % penyakit sebesar 35,2 %, dan sumber risiko hama sebesar 33,7 %. Nilai dampak sumber risiko yang tertinggi adalah teknologi pengukusan (sterilisasi) yaitu sebesar Rp 138.625.507,40 diikuti oleh sumber risiko keterampilan tenaga kerja sebesar Rp 83.156.725,33 sumber risiko akibat penyakit sebesar Rp 41.587.652,21 serta hama sebesar Rp 13.862.550,73. Strategi yang dapat dilakukan oleh usaha budidaya jamur Sukamto adalah dengan strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk mencegah agar sumber risiko tidak terjadi sedangkan strategi mitigasi dilakukan apabila sumber-sumber risiko sudah terjadi. Strategi preventif direkomendasikan untuk risiko yang probabilitasnya tinggi yaitu penyakit, diatasi dengan melakukan perencanaan pembibitan dengan baik, menambah intensitas pemeriksaan terhadap baglog yang sudah dipanen, agar tidak ada batang jamur yang tertinggal yang dapat menimbulkan penyakit dan teknik penyimpanan baglog di dalam ruang pemeliharaan lebih ditata dengan baik. Strategi mitigasi direkomendasikan untuk risiko yang memiliki dampak yang besar yaitu teknologi pengukusan dan penyakit, strategi yang direkomendasikan adalah dengan membeli autoclave yang baru untuk mengganti penggunaan drum pengukus, pengawasan oleh pemimpin pada saat proses pengukusan, pemimpin melakukan tindakan tegas dalam mengarahkan dan membimbing tenaga kerja dan keterampilan tenaga kerja dapat ditingkatkan dengan mengikuti penyuluhan atau pelatihan-pelatihan.
Collections
- UT - Agribusiness [4256]