Analisis Deskriptif Kemunduran Mutu Jeroan (Usus, Hati,Ginjal) Ikan Bandeng (Chanos chanos) selama Penyimpanan Suhu Chilling melalui Pengamatan Histologis
Abstract
Ikan bandeng merupakan salah satu ikan tambak komoditas unggulan.Produksi ikan bandeng di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jeroan ikan merupakan salah satu bagian pada ikan yang banyak dimanfaatkan selain daging dan kulitnya. Jeroan ikan banyak digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan pakan ternak dan sebagai sumber alami enzim. Jeroan ikan mudah mengalami kebusukan seperti halnya ikan utuh.Tingginya kandungan air pada jeroan ikan menyebabkan jeroan ikan mudah mengalami kebusukan. Analisis mikrobiologi, kimia, fisik, dan metode sensori secara organoleptik telah banyak dilakukan untuk mengevaluasi tingkat kesegaran ikan. Informasi dan data mengenai kemunduran mutu secara histology belum banyak diungkap, oleh karena itu pengukuran mutu secara histology diperlukan untuk mengungkap dan mendukung hasil analisis menggunakan metode yang telah banyak dilakukan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi kimia jeroan ikan bandeng, menentukan fase post mortem jeroan ikan bandeng pada penyimpanan suhu chilling, serta membandingkan mikrostruktur jeroan ikan bandeng pada setiap fase kemunduran mutu. Penelitian ini dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah pengambilan dan preparasi sampel untuk pengujian proksimat (kadar air, abu, lemak, protein, dan karbohidrat). Bagian kedua adalah pembuatan preparat jeroan ikan awetan dan bagian ketiga adalah pengamatan struktur jaringan jeroan ikan bandeng menggunakan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jeroan ikan bandeng mengandung kadar air sebesar 66,77%, abu 1,18%, lemak 9,69%, protein 8,75%, dan karbohidrat sebesar 13,61%. Nilai organoleptik jeroan ikan bandeng menurun seiring dengan lamanya waktu penyimpanan. Jeroan ikan bandeng memasuki fase pre rigor pada penyimpanan jam ke-0, fase rigor mortis pada penyimpanan jam ke-80 (3 hari), fase post rigor pada jam ke-228 (10 hari), dan memasuki fase busuk pada jam ke-396 (17 hari). Jeroan ikan bandeng mulai mengalami kerusakan pada fase rigor mortis, yaitu terjadi kerusakan pada lapisan epitelusus. Pada fase post rigor dan busuk terjadi kematian sel yang ditandai dengan hilangnya inti sel pada lapisan jeroan ikan. Hal ini diduga diakibatkan oleh terjadinya proses nekrosis pada jaringan jeroan ikan. Pada fase busuk terlihat adanya koloni bakteri pembusuk