Performance of Repong Damar Management based on Ecological, Social and Economic Aspects
Kinerja pengelolaan Repong Damar ditinjau dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi
Abstract
During economic crisis, various products obtained from the agroforestry by people community, have very important significance. One example of agroforestry practice is repong damar in the coastal areas of Krui (Lampung) which produces damar (Shorea javanica K & V). This research studied the level of performance of repong damar management by the people community, ecological, social and economic aspects. This research used descriptive method, with quantitative and qualitative approach. Results of this research on the ecological aspects showed that repong damar vegetation resembled natural forest ecosystem with indicator of plant species diversity which was considerably high, for fruit and resin producers. Social aspect showed that repong damar possessed land with status of ownership right, possessed by one family. Labor system in repong damar utilized work force mostly from family members, so that the management system of repong damar tended to be traditional system itspect which contained values of local wisdom which constitutes the characteristic features of repong damar management by the community. Economic aspect showed that contribution by repong damar to community income was considerably large, namely 65% on the average, with income per capita as large as Rp 5.169.200/year, per person. This showed that contribution of repong damar toward total income of the community was considerably high. Sumberdaya hutan mempunyai fungsi terhadap kehidupan manusia, baik secara langsung, maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, keberadaannya perlu dipertahankan. Namun dengan semakin padatnya jumlah penduduk, semakin meningkat pula tekanan terhadap sumberdaya hutan. Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu akibat penebangan liar, kebakaran hutan dan penyerobotan kawasan hutan oleh masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan belum diikutsertakan dalam pengamanan kawasan hutan. Salah satu cara untuk mengurangi kerusakan hutan adalah diikutsertakan masyarakat dalam memelihara hutan misalnya dengan sistem agroforestri. Sistem agroforestri selalu ada interaksi ekologi, sosial dan ekonomi. Salah satu contoh agroforestri tersebut adalah Repong Damar di Pesisir Krui Lampung yang menghasilkan produk getah damar (S. javanica). Dengan demikian dalam penelitian ini akan dikaji sejauh mana kinerja pengelolaan Repong Damar bagi masyarakat dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Penelitian dilakukan di Desa Penengahan, Kecamatan Pesisir Tengah Krui, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung selama 2 bulan. Populasi penelitian adalah masyarakat (petani damar) dengan jumlah responden sebesar 35 KK. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Parameter aspek ekologi yang diukur adalah kerapatan jenis, kerapatan relatif jenis, frekuensi jenis, frekuensi relatif jenis, dominansi jenis, dominansi relatif jenis, dan Indeks Nilai Penting (INP). Analisis vegetasi dilakukan dengan kegiatan inventarisasi dengan menggunakan metode jalur berpetak. Parameter aspek sosial yang diukur adalah persepsi masyarakat terhadap pengembangan pengelolaan Repong Damar, status kepemilikan, luas lahan, ketenagakerjaan, kelembagaan, dan manajemen pengelolaan Repong Damar. Pengukuran data aspek sosial dengan menggunakan Skala Likert. Parameter aspek ekonomi yang diukur adalah pendapatan dari usaha mengelola Repong Damar (dalam Rp. per tahun), pendapatan di luar usaha mengelola Repong Damar (dalam Rp. per tahun), dan pendapatan per kapita (dalam Rp. per tahun). Dari aspek ekologi menunjukan bahwa INP damar (S. javanica) menunjukkan kecenderungan menurun dari tingkat pohon ke tingkat semai, namun permudaan alami damar di Pesisir Tengah Krui cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh Kerapatan Relatif (KR) jenis damar yang cenderung meningkat dari tingkat pohon (20,83%) ke tingkat semai (30%). Penurunan INP damar dari tingkat pohon ke tingkat semai berkaitan dengan keberadaan jenis campuran.