Land use change and it’s effect on the land carrying capacity for spatial planning (Case Study in Kota Bima Municipality, West Nusa Tenggara Province)
Perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap daya dukung lahan untuk mendukung perencanaan penataan ruang (Studi Kasus di Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat)
Abstract
In regional development, there are at least 3 aspects that affect each other: land cover/land use (LCLU), environmental carrying capacity, and socioeconomic factors, including population, economic activity development, and institutional. The aims of this study are: (1) to identify land capability, (2) to identify the change of LCLU in the Kota Bima Municipality, (3) to evaluate the suitability of land use with land capability, (4) to identify the status of the land carrying capacity based on productivity in 2005 and 2010, and (5) to set a space pattern based on environmental carrying capacity. The analytical method used are onscreen digitizing to identificate land cover/land use (LCLU). The analytical method used consisted of: operating attributes and processing thematic maps using ArcGIS 9.3, Location Quotient analysis, and regression analysis with binomial logit model. The result in land capability aspect, most areas in Kota Bima Municipality belong to Class IV (l, e), covering 28,5% of the municipality areas, and there is no Class I. During 2005 to 2010 there is a change of LCLU in Kota Bima Municipality, covering an area of 6.692 hectares or 30,6% of the area of Kota Bima Municipality. Trends in change of LCLU that occurred was the forest to cropland and cropland into the settlements. Cultivated land area has increased significantly, effects on the increased value of production. This causes changes in the status of land carrying capacity based on productivity, which is in 2005 the status of land carrying capacity is deficit, but by 2010 the status of the land carrying capacity is surplus. However, increasing of land carrying capacity status is also followed by increasing of land use that is not suitable based on land capability. The suitabilty of land cover regarding to land capabilty show that in 2005 there is 3,7% areas categorized as not suitable, and in 2010 there is 7,4% area categorized as not suitable. Based on land capability, there is 16.342 hectares or 74,8% of the area that can be used as cultivation land, 2.752 hectares or 21,5% of the area can be used as forest, and 2.768 hectares or 12,7% of the area should serve as a protected area. Kecenderungan perubahan penggunaan lahan mempunyai pola yang dinamis dan kecepatan perubahan yang berbeda-beda di setiap tempat dan lokasi, bergantung pada faktor-faktor yang dominan menjadi penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah. Beberapa faktor penyebab perubahan penggunaan lahan diantaranya adalah faktor biofisik wilayah, faktor sosial ekonomi dan faktor kelembagaan. Perubahan penggunaan lahan akan dipengaruhi dan berpengaruh terhadap perubahan daya dukung lingkungan. Berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan dapat diketahui pusat-pusat terjadinya perubahan penggunaan lahan. Berbagai bentuk kerusakan dan bencana lingkungan seringkali merupakan permasalahan lingkungan yang timbul akibat ketidaksesuaian antara pemanfaatan dengan daya dukung lingkungan hidup. Hal ini umumnya timbul akibat pertumbuhan penduduk atau perkembangan aktifitas manusia yang melampaui kemampuan lingkungan yang mendukungnya. Banjir di Kota Bima yang terjadi setiap tahun sejak tahun 2003 merupakan salah satu indikator yang mengarah kepada ketidaksesuaian antara pemanfaatan dengan daya dukung lingkungan hidup. Ada beberapa aspek terkait kondisi ini, misalnya aspek potensi lahan dan penggunaan lahan. Untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi kemampuan lahan Kota Bima; (2) Menganalisis perubahan penggunaan lahan Kota Bima periode tahun 2005 - 2010 dan faktor fisik lahan yang mempengaruhinya; (3) Menganalisis kesesuaian antara penggunaan lahan dengan kemampuan lahan Kota Bima; (4) Menganalisis daya dukung lahan Kota Bima pada tahun 2005 dan tahun 2010. Daya dukung lahan yang dimaksud adalah daya dukung lahan berbasis produktivitas, yaitu kemampuan lahan dalam penyediaan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Metode perhitungan daya dukung mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009.; dan (5) Membuat arahan penggunaan lahan sesuai kemampuan lahan. Metode analisis yang digunakan terdiri atas: operasi atribut dan pengolahan peta-peta tematik menggunakan ArcGIS 9.3, analisis Location Quotient, dan analisis regresi dengan model binomial logit. Dari hasil identifikasi diketahui bahwa di Kota Bima tidak terdapat lahan kelas I. Kelas kemampuan lahan terdiri atas 6 kelas, yaitu kelas II, III, IV, VI, VII, dan VIII. Selanjutnya masing-masing kelas kemampuan lahan tersebut dibagi lagi berdasarkan faktor penghambat sehingga menghasilkan 14 sub kelas kemampuan lahan. Luas yang terbesar adalah sub kelas IV (l, e), dengan luasan 6.223 hektar atau 28,46% dari total wilayah, dan secara spasial tersebar di bagian utara, timur, dan tenggara Kota Bima.
Collections
- MT - Agriculture [3787]