Pengaruh Terak Baja dan Bahan Organik terhadap Produksi dan Kadar Hara Tanaman Caisim (Brassica juncea L.) pada Latosol Darmaga
Abstract
Latosol is one of soils spreading in Indonesia and occupy about 9% of the land. In general, Latosol has low fertility due to low pH, low organic matter as well as low cation exchange capacity (CEC). These characteristics cause the production of the soil low. Liming and addition of organic matter are some efforts to improve soil fertility. One of materials that can be used as lime material is steel slag. This material contains Ca, Mg, Fe, Mn, Si and other elements. Furthermore, the addition of organic matter has a role in improving chemical, physical, and biological properties of soil. Nutrient content in steel slag and the role of organic matter are expected to improve soil fertility and increase crop production. This research aims to study the effect of steel slag application without organic matter (B0) or combined with organic matter (B1) on caisim plant production, nutrients content of N, P, K, Ca and Mg and heavy metals content of As, Pb, Sn, Cd and Hg in caisim leaves. Research was conducted in green house (University Farm IPB) and soil analysis were conducted in Laboratory of Chemical and Soil Fertility, Department of Soil Science and Land Resources, IPB. This study used a Randomized Block Design (RBD) 3 factorial with the first factor was steel slag. Sj (steel slag from Japan) and Si (steel slag from Indonesia). The second factor was the dosage of steel slag (T0, T1, T2, T3). For Japanese steel slag the dosage were 0, 5, 10, 15 ton/ha while for Indonesian steel slag the dosage were 0, 4, 8, 12 ton/ha. The third factor was the organic matter, without organic matter (B0) and with organic matter (B1) is 10 ton/ha. Each treatment was replicated 4 times and therefore there were 64 experimental units. Application of steel slag (Japan and Indonesia) without organic matter (B0) increased the caisim production ranged from 169-250%, while the application of steel slag (Japan and Indonesia) combined with organic matter (B1) increased the caisim production ranged from 128-169%. The addition of steel slag increased P and Mg but decreased N and K contents in leaves. The increased of P and Mg content in the leaves occurs due to the increase in pH by the Ca and Mg released from steel slag. The decrease of N and K was due to steel slag did not contain N and only very small of K. The content of As, Pb, Sn, Cd, and Hg were not detected in caisim leaves planted at soils applied by steel slag. However, the contents of Pb and Sn were detected although still under the permitted threshold (National Standardization bodies, 2009). Latosol adalah tanah yang penyebarannya cukup luas dan menempati area sekitar 9% dari daratan Indonesia. Pada umumnya Latosol mempunyai tingkat kesuburan yang rendah karena memiliki pH tanah masam, bahan organik dan kapasitas tukar kation (KTK) tergolong rendah. Hal ini mengakibatkan produksi tanaman umumnya rendah. Pengapuran dan penambahan bahan organik merupakan beberapa upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan kapur adalah terak baja. Material ini mengandung Ca, Mg, Fe, Mn, Si dan unsur-unsur lainnya. Selanjutnya, penambahan bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat kimia, fisik maupun biologi tanah. Kandungan hara dalam terak baja dan peranan bahan organik diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produksi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian terak baja tanpa bahan organik (B0) atau yang dikombinasikan dengan bahan organik (B1) terhadap produksi tanaman caisim, kadar hara (N, P, K, Ca dan Mg) dan kadar logam berat (As, Pb, Sn, Cd dan Hg) daun tanaman caisim. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca (University Farm IPB) dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 3 faktor dengan faktor utama adalah jenis terak baja yaitu Sj (terak baja Jepang) dan Si (terak baja Indonesia). Faktor kedua yaitu terak baja dengan 4 dosis (T0, T1, T2, T3). Untuk terak baja Jepang dosis diberikan setara 0, 5, 10, 15 ton/ha sedangkan terak baja Indonesia dosis diberikan setara 0, 4, 8, 12 ton/ha. Faktor ketiga adalah bahan organik, tanpa bahan organik (B0) dan dengan bahan organik (B1) setara dengan 10 ton/ha. Masing-masing perlakuan terdiri dari 4 ulangan sehingga terdapat 64 satuan percobaan. Pemberian terak baja (Jepang dan Indonesia) tanpa bahan organik (B0) meningkatkan produksi antara 169-250% sedangkan pemberian terak baja (Jepang dan Indonesia) yang dikombinasikan dengan bahan organik (B1) meningkatkan produksi antara 128-169%. Pemberian terak baja meningkatkan P dan Mg tetapi menurunkan N dan K pada daun caisim. Peningkatan P dan Mg terjadi karena peningkatan pH oleh adanya Ca dan Mg yang dilepaskan dari terak baja. Penurunan N dan K karena pada terak baja tidak mengandung unsur N dan hanya terdapat unsur K yang sangat kecil. Kadar As, Pb, Sn, Cd dan Hg tidak terukur pada daun caisim yang ditanam pada tanah yang diberikan terak baja. Namun demikian kadar Pb dan Sn terukur pada daun caisim dengan kadar masih di bawah ambang batas yang diperbolehkan (Badan Standarisasi Nasional, 2009).