Kebisingan Pemukirnan Pinggiran Rel Kereta Api: Analisis Preferensi, Persepsi dan Willingness to Accept (Kasus Desa Cilebut Timur KabupaJen Bogor Jawa Barat).
Abstract
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya akan mendorong peningkatan aktivitas manusia yang disebabkan oleb sifat "mobile" manusia. Kegiatan pembangunan khususnya di bidang transportasi perlu dilakukan untuk mengimbangi tingginya aktivitas rnanusia, karena akan dimanfaatkan oleh manusia Kemajuan teknologi di bidang Transportasi membutubkan pembangunan fasilitas-fasilitas transportasi, seperti pembangunan stasiun dan rel kereta api. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas manusia juga akan menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan dan pemanfaatan terbadap Iahan pemukirnan Namun, jumlah ketersediaan Iahan yang bersifat relatif tetap dan terbatas akan mengakibatkan kompetisi dalam penggunaan setiap unit lahan. Pemanfaatan lahan, khususnya sebagai tempat tinggal atau pemukjrnan, juga dipengaruhi oleh tingkat kemiskinan Kemiskinan membuat masyarakat tidak mampu untuk menentukan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga makin diabaikannya persyaratan lingkungan pemukirnan, seperti kenyarnanan dan keamanan bagi penduduknya, termasuk persyaratan gangguan kebisingan. Kebisingan/pencemaran, contohnya kebisingan kereta api, akan mempengaruhi kualitas lingkungan di sekitamya. Kebisingan tersebut dapat menimbulkan ekstemalitas negatif terbadap individu-individu masyarakat yang tinggal di sekitar jalur kereta api. Namun pemanfaatan daerah dekat jalur kereta api banyak terjadi, meskipun gangguan kebisingan terdengar hampir setiap saat. Persyaratan daerah pemukjrnan dipandang dari segi gangguan kebisingan, tidak. boleh lebih dari 60 dBA dengan tingkat ideal rnaksimum gangguan sebesar 40 dBA, sedangkan tingkat tekanan pada dekat kereta api adaIah 110 dBA.