Pendugaan Distribusi Spasial Biomassa di Atas Permukaan Tanah Menggunakan Citra Alos Palsar Resolusi 50 M di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Studi Kasus Areal Reklamasi Bekas Tambang)
Study of Spatial Distribution Estimation on Surface Biomass Using 50 Meter Resolution of ALOS PALSAR Image in Bangka-Belitung Province (Case Study of Reclaimed Mine Area).
Date
2012Author
Wijaya, IMade Haribhawana
Prasetyo,Lilik Budi
Tiryana, Tatang
Metadata
Show full item recordAbstract
Tropical rainforests in Indonesia receive special attention currently because of their important role in influencing global climate changes. The increasing temperature of the Earth and its cause is increasing Green House rate concentration in the atmosphere. One of the efforts to suppress the rate of global warming is to reduce the rate of forest deforestation and degradation. Environmental degradation caused by mining activities has caused damage on vegetation structure fauna diversity, soil, as well as the natural ecosystem. One of the example places of environmental degradation caused by mining activities is in Bangka-Belitung Province. The implementation of remote sensing techniques has been used in Indonesia. However, remote sensing technique has limitations on image data recording particularly the use of optical satellite image.The limitation of optical satellite image related to the condition clouds. Active remote sensing system (RADAR) has the capability of recording in all weather. One of the RADAR sensor satellites that was launched by Japan's Government is ALOS (Advanced Land Observing Satellite) with one of its sensors is namely PALSAR (Phased Array type L-band Synthetic Aperture RADAR). This sensor is an active microwave sensor that has a capability to penetrate the thick cloud layer. The aim of this research was to estimate the distribution of biomass in an reclaimed mine area of Bangka-Belitung province using 50 m resolution of ALOS PALSAR image. Field biomass was estimated using allometric biomass models and tree density approach. The biomass estimation models were developed using regression analysis by relating the field biomass values and the backscatter values of HH and HV polarizations of the ALOS PALSAR image. Based on this research, the classes of land cover generally consisted of plantation forests, mixture gardens, rubber plantations, oil palm plantations, and bare land. The biomass measurement on sample plots showed that the reclaimed mining area ha the lowest biomass of 6,59 tons/ha and the highest biomass of 264,62 tons/ha with the mean biomassof 78,84 tons/ha. The HV backscatter values tended to be lower than that of HH values with the average of backscatter valuesof -15,66 and -8,77, respectively. The regression analysis confirmed that HV polarization can be used for stimating the biomass of the reclaimed mining area using the biomass estimation model Y = X /(0,997+0,092X). The model had RMSE of 31,50%,and R2 of 57,1 %, which has also satisfied the assumption of normality and homocedasticity of regression analysis. Based on this model, the biomass of reclaimed mining area can be classified into low biomass (48,93 %), medium biomass (41,47 %), and high biomass (9,60 %).This results confirmed that the reclaimed mining areas were still dominated by young trees with lower biomass. Hutan tropis di Indonesia saat ini mendapat perhatian khusus karena mempunyai peran yang penting dalam mempengaruhi perubahan iklim global. Peningkatan suhu bumi menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer. Salah satu upaya untuk menekan laju pemanasan global adalah mengurangi laju deforestasi dan degradasi hutan. Degradasi lingkungan akibat kegiatan pertambangan telah menyebabkan kerusakan pada struktur vegetasi, keanekaragaman fauna, tanah serta ekosistem yang asli. Salah satu contoh degradasi lingkungan akibat kegiatan pertambangan terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penerapan teknik penggunaan penginderaan jauh telah dilakukan di Indonesia. Namun teknik pengindraan jauh mengalami kendala dalam perekaman khususnya penggunaan data citra optik. Hal ini terkait dengan kondisi geografi Indonesia yang mempunyai dua musim. Sistem penginderaan jauh aktif (RADAR) mempunyai kemampuan dalam perekaman dalam segala cuaca. Salah satu satelit yang membawa sensor RADAR yang diluncurkan pemerintah Jepang adalah satelit ALOS (Advanced Land Observing Sattelite) dengan salah satu sensornya yaitu PALSAR (Phased Array type L-band Synthetic Aperture RADAR). Sensor ini merupakan sensor gelombang mikro aktif yang memiliki keistimewaan dapat menembus lapisan awan tebal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendistribusian biomassa di lahan bekas tambang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan menggunakan citra ALOS PALSAR beresolusi 50 m. Biomassa di lapangan diduga dengan menggunakan model alometrik biomassa dan pendekatan kerapatan jenis pohon. Model penduga biomassa disusun dengan menggunakan analisis regresi antara nilai-nilai biomassa di lapangan dengan nilai-nilai backscatter polarisasi HH dan HV dari citra ALOS PALSAR. Berdasarkan hasil penelitian, penutupan lahan yang ditemukan secara umum terdiri dari hutan tanaman, kebun campuran, perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit dan lahan terbuka. Hasil perhitungan biomassa pada plot contoh didapatkan nilai biomassa terendah sebesar 6,59 ton/ha dan tertinggi sebesar 264,62 ton/ha dengan rata–rata biomassa 78, 84 ton/ha. Pada perhitungan nilai backscatter kecenderungan nilai HV lebih rendah dibandingkan nilai HH dengan rata–rata secara berturut–turut sebesar -15,66 dan -8,77. Berdasarkan analisis regresi diperoleh pemilihan model terbaik pada polarisasi HV dengan model pendugaan yaitu Y = X /(0,997 + 0,092X) dengan RMSE yaitu 31,50 % serta R2yaitu 57,1 % dengan asumsi kedua model telah memenuhi kriteria normalitas dan homogenitas. Luas biomassa berdasarkan model tersebut masing-masing sebesar 48,93% pada kelas rendah, 41,47% pada kelas sedang, dan 9,60% pada kelas tinggi.