Pemanfaatan Limbah Media Tanam Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Sebagai Kompos Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Cabai Merah (Capsicum Annuum l.)
Date
2007Author
Fitriani, Lina Indah
Djajakirana, Gunawan
Widyastuti, Rahayu
Metadata
Show full item recordAbstract
Dewasa ini, perkembangan usaha budidaya jamur tiram di Indonesia semakin merebak. Pada tahun 2005, Jawa Barat sebagai sentra produksi jamur tiram terbesar di Indonesia mengalami kenaikan kapasitas produksi rata-rata dari 7 - 8 tonlhari menjadi sebesar 10 tonlhari. Prospek usaha budidaya jamur tiram eukup diminati oleh produsen karena kondisi alam Indonesia yang mendukung untuk pertumbuhan jamur tiram sehingga tidak perlu modifikasi budidaya. Selain itu, budidaya jamur tiram relatif mudah dipelajari serta harga jual jamur tiram yang eukup tinggi di pasaran lokal. Jamur tiram diusahakan dengan menanamnya di dalam media yang dibentuk seperti batang dan dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas kemudian disumbat permukaan atasnya dengan kapas penutup. Media tanam dapat diperoleh langsung dalam bentuk jadi berupa log tanam yang telah diberi bibit maupun dibuat sendiri. Media tanam yang utama digunakan adalah serbuk gergaji, dedak, dan kapur. Kontaminasi pada media tanam oleh jamur atau mikroba lain sering tidak dapat dihindarkan sehingga dalam sekali pemanenan selalu ada media tanam yang dibuang sebagai limbah karena tidak mampu ditumbuhi jamur tiram lagi. Pemanfaatan limbah tersebut untuk tanaman sayuran sangat baik karena masih mengandung sejumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman, oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh berbagai penambahan hara dan aktivator pada pengomposan limbah media tanam jamur tiram putih terhadap kualitas kompos, pertumbuhan dan produksi tanaman eabai merah. Parameter tingkat kematangan kompos dari limbah media tanam jamur tiram putih yaitu rasio CIN ≤ 30 dan rasio C/P ≤ 80. Penelitian menggunakan raneangan aeak lengkap satu faktor. Faktor tersebut terdiri dari 7 perlakuan. Perlakuan yang diujikan dalam pereobaan ini adalah : 1) Kontrol (limbah tanpa penambahan pupuk anorganik dan aktivator), 2) POAI, 3) POA2, 4) POA3, 5) PIAl, 6) PIA2, dan 7) PIA3. PO adalah limbah tanpa urea dan SP-36, PI adalah limbah dengan urea dan SP-36. Sedangkan Al adalah aktivator pupuk kandang, A2 adalah aktivator EM4, dan A3 adalall aktivator yang dikembangkan oleh staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan yang diberi nama Bioaetimo. Seluruh perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 21 unit pereobaan.