Penatakelolaan minawisata bahari di Kepulauan Spermonde Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Propinsi Sulawesi Selatan
Marine fishery tourism governance in spermonde archipelago of Pangkajene Regency South Sulawesi Province.
Date
2010Author
Kasnir, Muhammad
Fahruddin, Achmad
Bengen, Dietriech Geoffrey
Boer, Mennofatria
Metadata
Show full item recordAbstract
Various economic and resource activities in Spermonde Archipelago cause serious damage of coral reef and seagrass ecosystems. This research aims to explore the potency and utilization, feasibility, carrying capacity, sustainability index, and optimum governance of marine fishery tourism. The research was conducted from March to July 2008 in several islands within Spermonde Archipelago i.e. Sapuli, Satando, Saugi, Cambang-Cambang, Salemo, Sakoala, Sabangko, Sagara, Sabutung and Gusung Torajae. The research stations were determined based on results of spot 5 which was acguared from 14 diving station, 16 water quality meansure station and 3 station from secondary data. Analysis method of ecosystem condition used line intercept transects, environmental characteristics used principal component analysis, relationship between environmental characteristics and ecosystem potency applied correspondence analysis. feasibility analysis was continued with analysis of carrying capacity. Analysis index Sustainability of marine fishery tourism governance and optimized level with linier model of Interactive Discrete Optimizer. Results of the research showed that condition of live coral and seagrass were categorized from poor to good. Based on feasibility analysis, carrying capacity of floating fish cage is 200 units, seaweed culture is 285 units, scuba diving and snorkeling tourism is 41.58 people/day, coastal tourism is 11.754 people/day, and potency of coral fish is 89.000 tones/year. Sustainability index of all dimensions is in adequately sustainable category and the utilization has not optimum yet if compared to the current condition. Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan luas wilayah laut 17.000 km² yang memiliki 3 kecamatan kepulauan, diantaranya Kecamatan Liukang Tupabbiring dengan jumlah penduduk 29 875 jiwa yang memiliki 40 pulau dan 10 pulau yang tidak berpenghuni dan jarak pulau umumnya lebih dekat dengan pesisir kabupaten sebagai gugusan pulau Spermonde. Pulau-pulau kecil tersebut memiliki keanekaragaman ekosistem diantaranya ekosistem terumbu karang, mangrove dan lamun Pemanfaatan kegiatan di perairan Kepulauan Spermonde saat ini yang tidak didasarkan pada hasil analisis kesesuaian dan daya dukung menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang, sehingga diperlukan penataan kembali dari berbagai pemanfaatan dengan konsep minawisata bahari. Minawisata bahari adalah merupakan pengelolaan dan pemanfaatan (perikanan dan pariwisata) bahari dalam suatu kawasan yang berbasis ekosistem Untuk itu diperlukan kajian penatakelolaan minawisata bahari yang didasarkan atas kesesuaian lahan, daya dukung lahan dengan harapan adanya pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil secara optimal dan berkelanjutan. Penatakelolaan pada prinsipnya merupakan keseluruhan interaksi antara sektor publik dan privat ikut terlibat untuk memecahkan persoalan masyarakat dan menciptakan kesempatan sosial, yang didasarkan atas tiga pilar yakni koordinasi, kolaborasi dan konsultasi. Sedangkan minawisata bahari merupakan bentuk kegiatan pemanfaatan dalam suatu kawasan pulau-pulau kecil yang terdiri dari kegiatan perikanan baik penangkapan maupun budidaya perikanan dan kegiatan wisata baik wisata bahari maupun wisata pantai. Penelitian ini bertujuan mengkaji dan mengevaluasi potensi dan pemanfaatan sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan bagi peruntukan minawisata bahari, kesesuaian dan daya dukung, optimasi luasan minawisata bahari, dan indeks status keberlanjutan penatakelolaan minawisata bahari. Penelitian dilakukan Maret - Juli 2008 di Kepulauan Spermonde yaitu Pulau Sapuli, Satando, Saugi, Cambang-cambang, Salemo, Sakoala, Sabangko, Sagara, Sabutung, Bangko-bangkoan dan Gusung Torajae. Penentuan stasiun didasarkan atas hasil citra SPOT 5 (SatellitePour I'Observation de la Terre 5) diperoleh 14 stasiun penyelaman dan 16 stasiun pengukuran kualitas air serta tiga stasiun dari data sekunder. Untuk keperluan wawancara dari berbagai stakeholder, maka digunakan teknik purposive sampling secara proporsional dengan jumlah 144 responden, pada tingkat pemerintah (Bappeda, dinas perikanan dan kelautan, dinas pariwisata, dinas lingkungan hidup, dinas tata ruang), pergurusn tinggi/lembaga swadaya masyarakat dan pengusaha dengan jumlah 35. Metode analisis potensi dan kondisi dengan metode line intercept transect (LIT), karakteristik lingkungan dengan menggunakan principal component analysis (PCA), hubungan antara karakteristik lingkungan perairan dengan potensi sumberdaya dengan menggunakan correspondence analysis (CA). Pemanfaatan dilakukan dengan pengamatan dan wawancara. Untuk analisis kesesuaian menggunakan sistem informasi geografis (SIG) dengan software arc view ver. 3.3, Pendekatan analisis daya dukung dengan melihat kemampuan lahan (ruang) dalam menampung suatu kegiatan di tinjau aspek kesesuaian lahan secara ekologis, fisik dan sosial budaya masyarakat setempat. Untuk untuk mengetahui tingkat optimal pemanfaatan dengan menggunakan model linear goal programming (LGP) dan analisis indeks keberlanjutan penatakelolaan minawisata bahari dengan pendekatan sustainability indeks of marine fishery tourism governance (SIMFITGO)
Collections
- DT - Fisheries [711]