Analisis pengembangan perikanan tangkap di provinsi Sumatera Selatan
Analysis of capture fisheries development in South Sumatera province
Date
2010Author
Septifitri
Monintja, Daniel R.
Wisudo, Sugeng H.
Martasuganda, Sulaeman
Metadata
Show full item recordAbstract
Sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu sektor unggulan. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan sektor kelautan dan perikanan diharapkan mampu menyediakan bahan pangan (protein hewani) bagi masyarakat, meningkatkan pendapatan nelayan, membuka lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan daerah dan devisa negara (Ginting et al. 2002). Tujuan umum dari penelitian ini adalah menyusun rancang bangun pengembangan perikanan tangkap berbasis keberlanjutan usaha di Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan umum tersebut dicapai melalui pencapaian tujuan khusus antara lain pertama mengevaluasi potensi sumberdaya perikanan, kedua mengestimasi kebutuhan prasarana penunjang/pendukung, ketiga, menganalisis jumlah unit penangkapan yang optimal, dan keempat memformulasikan alternatif pengembangan perikanan tangkap. Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dan wawancara mendalam baik dengan nelayan maupun stakeholders (pemangku kepentingan) daerah setempat. Analisis potensi sumberdaya ikan dilakukan menggunakan metode surplus produksi, sedangkan analisis Linear Goal Programming digunakan untuk mengalokasikan unit penangkapan yang ada. Pemilihan jenis ikan unggulan dan alat tangkap unggulan dilakukan dengan menggunakan metode Analisis Multi Kriteria. Untuk mendapatkan prioritas strategi pengembangan perikanan tangkap digunakan metode SWOT dan Proses Hierarki Analitik digunakan untuk menetapkan prioritas kebijakan pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan. Jenis sumberdaya ikan unggulan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan adalah udang, rajungan, manyung dan golok-golok. Pemilihan jenis sumberdaya ikan unggulan didasarkan kriteria produksi, harga, dan wilayah pemasaran. Status pemanfaatan sumberdaya ikan unggulan tersebut dapat dikatakan masih dapat ditingkatkan karena memiliki tingkat pemanfaatan dibawah 70%. Potensi lestari untuk keempat jenis ikan tersebut adalah udang sebesar 6.297,98 ton; rajungan sebesar 1955,98 ton; manyung sebesar 4.488,06 ton dan golok-golok sebesar 3.718,69 ton. Pemilihan teknologi penangkapan ikan unggulan dilakukan berdasarkan aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi. Masing-masing aspek dilakukan penghitungan dan penentuan prioritas. Dari penentuan prioritas tersebut diketahui alat tangkap yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang optimal, ramah lingkungan dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Alat tangkap unggulan dipilih dari 8 jenis alat tangkap yang menangkap komoditas unggulan. Hasil analisis dari semua aspek terkait menunjukkan bahwa trammel net menempati urutan prioritas pertama karena memiliki nilai aspek sosial dan aspek ekonomi yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa trammel net memiliki peluang pengembangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Urutan kedua adalah, jaring insang hanyut diikuti bagan tancap, jaring insang tetap, pancing, jaring klitik, perangkap dan jaring insang lingkar. Hasil analisis LGP menunjukkan bahwa tidak semua jenis alat tangkap berpeluang untuk ditambah jumlahnya. Jenis alat tangkap yang masih berpeluang untuk dilakukan penambahan adalah trammel net dengan peluang penambahan 53 unit, jaring insang hanyut dengan peluang penambahan 135 unit, perangkap dengan peluang penambahan 173 unit dan jaring klitik dengan peluang penambahan 210 unit. Hasil perhitungan optimasi terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan sangat mempengaruhi kondisi lainnya baik penyiapan teknologi, sumberdaya manusia serta sarana dan prasarana. Berdasarkan hasil perhitungan dalam rangka pengembangan perikanan tangkap yang didasarkan pada optimasi sumberdaya ikan maka Provinsi Sumatera Selatan memerlukan peningkatan sarana dan prasarana perikanan. Sarana yang perlu ditingkatkan yaitu penambahan pelabuhan perikanan dari 2 unit (PPI) menjadi 8 unit yang terbagi menjadi 5 unit PPI dan 3 unit PPP dengan luas TPI sebesar 285 m2 Sarana penunjang lain yang diperlukan adalah pabrik pengolahan untuk komoditas crustacea (rajungan dan udang) dan pabrik pengolahan ikan (manyung dan golok-golok). Jumlah ideal kedua jenis pabrik tersebut sekitar 8 unit yang terdiri atas 2 unit pabrik pengolahan komoditas rajungan dengan kapasitas produksi 200 ton/tahun/unit dan 6 unit pabrik lainnya dibangun untuk mengolah udang dan ikan dengan kapasitas produksi 1500 ton/tahun/unit. Selain itu, pengembangan perikanan tangkap juga memerlukan 3 unit galangan kapal baru dan 1 unit pabrik jaring dengan kapasitas produksi 72,5 ton per bulan. . Pengembangan perikanan dengan konsep tersebut dapat menyerap tenaga kerja hingga 16.787 orang. Bidang perikanan diestimasi mampu menyerap tenaga kerja nelayan hingga 14.827 orang, sedangkan tenaga kerja diluar sektor non perikanan yang mampu terserap dengan adanya pengembangan perikanan tangkap ini mencapai 1.960 orang. Strategi pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan hasil analisis SWOT antara lain optimalisasi pemanfaatan komoditas perikanan unggulan dengan meningkatkan produktivitas penangkapan, pengolahan dan pemasaran. Selain itu peningkatan kualitas sarana dan prasarana penunjang perikanan tangkap dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap peningkatan kualitas hasil tangkapan yang didaratkan. Perluasan wilayah penangkapan sampai >12 mil juga merupakan strategi yang perlu di pertimbangkan. Prioritas utama alternatif strategi kebijakan pengembangan perikanan di Provinsi Sumatera Selatan yaitu dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendukung operasional usaha perikanan. Dukungan dari fasilitas pendukung dan infrastruktur yang baik akan menunjang kegiatan usaha perikanan baik penangkapan, pengolahan maupun pemasaran menjadi lebih efisien dan menjadi poin penting peningkatan produk perikanan di Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu, pengembangan jumlah unit armada penangkapan akan menjadi lebih baik dengan tersedianya sarana dan prasarana pendukung di pelabuhan terlebih dahulu. Ketersediaan fasilitas di pelabuhan akan berdampak pada kegiatan operasi penangkapan ikan menjadi lebih optimum. Alternatif kebijakan memperluas jangkauan daerah penangkapan ikan merupakan prioritas kebijakan terakhir. Kondisi ini dimungkinkan karena unit armada penangkapan ikan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan umumnya memiliki ukuran yang relatif kecil. Sehingga untuk menjangkau daerah penangkapan di atas 12 mil maka diperlukan adanya upgrade armada penangkapan ke dalam kapasitas ukuran yang lebih besar. Hasil estimasi menunjukkan bahwa bila rancang bangun pengembangan perikanan tangkap yang berbasis pada komoditas unggulan ini di terapkan, akan dapat meningkatkan : produksi 1.494,54 ton (10,53%), nilai produksi Rp. 85.369.347.300 (26,20%), penyerapan tenaga kerja perikanan (nelayan) 1.352 orang (10,03%), penyerapan tenaga kerja bidang lain 1.560 orang (390%), pendapatan nelayan Rp. 3.570.000 (22,64%) dan volume ekspor 715,90 ton (22,54%). Marine and fisheries sectors in South Sumatera Province is one of the leading economic sector. The development is expected to improve the welfare of fishermen, to absorb labor and increase revenue and ensure its sustainability in the future. The purpose of this research is to develop design based fishery development of sustainable business in South Sumatera Province. The research method used is survey method with several data analysis tools such as surplus production method, scoring method, multi-criteria analysis, SWOT analysis and Analytical Hierarchy Process (AHP). Kinds and the potential yield commodities of fish in South Sumatera Province are shrimp (Penaeid) of 6297.98 tons; 1955.98 tonnes of blue swimmer crabs (Portunus spp); catfish (Arius thalassinus) amounted to 4488.06 tons and machete (Chirosentrus dorab) at 3718.69 tons. Type of fishing gears that still more likely to be increased are trammel nets, drift gill nets, fixed gill nets and encircling gillnets. The main priority of the alternative strategy of fisheries development policy in South Sumatera Province by improving the facilities and operational infrastructure to support the fishing effort. This is possible considering that the development of fisheries in South Sumatera has a substantial dependence on such facilities and infrastructure problems. Support of infrastructure facilities and good support, activities of both capture fisheries, processing and marketing can be more efficient and become an important point to increase the benefits of fishery products in South Sumatera Province.
Collections
- DT - Fisheries [725]