Pola pengelolaan gugusan pulau-pulau kecil di kawasan kapoposan yang berkelanjutan
The path of sustainable groups of small islands at Kapoposan Area Management
Date
2010Author
Samudra, Krisna
Baskoro, Mulyono S.
Iskandar, Budhi Hascaryo
Wisudo, Sugeng Hari
Metadata
Show full item recordAbstract
Kapoposan area in Pangkep Regency consist of six small islands named are Kapoposan, Gondongbali, Papandangan, Suranti, Tambakulu and Pamanggangan. Those six islands have three high marine resources: 1) ecology capacity of coral reef, mangrove, seaweed, sandy beaches, and clean waters, 2) socio cultural capacity of people environments awareness, 3) economic capacity of high biodiversity resources which very important as great potential for further development of marine tourism. The alternative management of the Kapoposan region which appropriate with the decision makers is marine ecotourism development based on conservations, that’s believe have multiplier effect for increasing people prosperity, also environments conservation, which is focused for the sustainability development. The sustainable management at the Kapoposan region could be describe in to the circular plate interdependent system (CHIP) called Samudra Models. Consisted of three circles. The first circle is small islands people empowerment. The second circle is the big push factors such as equal development, integrated development, district leadership, comparative resources, and implementation of the law, accessibility, investments pooling interest, education, research, local community services, assistance, and net working. The third circle is decission makers and the sustainability of small island management. Potensi sumber daya pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan yang meliputi Pulau Kapoposan, Gondongbali, Pamanggangan, Suranti, Tambakulu, dan Papandangan adalah: (1) daya dukung ekologi berupa sebaran terumbu karang (coral reef), mangrove, padang lamun, hamparan pasir putih dan kualitas perairan yang bersih; (2) daya dukung sosial budaya berupa kesadaran lingkungan masyarakat yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dengan menghindari aktivitas-aktivitas yang destruktif; dan (3) daya dukung ekonomi berupa keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, sehingga dapat menjadi sumber plasma nuftah serta objek wisata bahari bernilai ekonomis sangat tinggi. Alternatif pengelolaan Kawasan Kapoposan yang sesuai dengan para pemangku kebijakan adalah pengembangan kegiatan wisata bahari berbasis konservasi, karena diyakini aktivitas dimaksud memiliki efek ganda (multiplier effect) bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, pelestarian lingkungan, serta merupakan aktivitas yang memenuhi segenap kriteria pembangunan berkelanjutan, yaitu bahwa pengelolaan pulau-pulau kecil harus memenuhi segenap kriteria ekonomi: efisien dan optimal (economically sound), sosialbudaya berkeadilan dan dapat diterima (socio-culturally acepted and just), dan ekologis tidak melampaui daya dukung lingkungan (enviromentally friendly). Mengingat karakteristik pulau-pulau kecil maka pengembangan kegiatan wisata bahari pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan yang berkelanjutan adalah pola exlusive tourism. Pola dimaksud lebih disarankan karena merupakan pengembangan kegiatan wisata minat khusus/wisata spesifik (exclusive tourism) sebagai kegiatan utama, dan bukan sekedar wisata umum/kegiatan rekreasi (mass tourism). Pola ini lebih menekankan pendekatan konsep yield spending (besarnya nilai pengeluaran wisatawan dalam satu kali wisatawan tersebut melakukan perjalanan), daripada menitik beratkan kepada banyaknya wisatawan (mass traveller).
Collections
- DT - Fisheries [726]