Study on Standing Stock of Small Pelagic and Demersal Fish Assessment and Its Relationship with Oceanographic Condition in South China Sea, Indonesian Waters
Kajian Standing Stock Ikan Pelagis Kecil dan Demersal serta Hubungannya dengan Kondisi Oseanografi di Laut Cina Selatan, Perairan Indonesia.
Date
2009Author
Masrikat, Julius Anthon Nicolaas
Jaya, Indra
Iskandar, Budhi Hascaryo
Soedharma, Dedi
Metadata
Show full item recordAbstract
An accurate data and information of standing stock of fish resources are much needed to exploit target fish. Joint field survey of standing stock assessment were counducted in Indonesian Southern part of the South China Sea on Juni 2005 and July 2006 by PRPT Fisheries Research Center (BRPK-Marine and Fishery Research Agency) Marine and Fishery Ministry and South East Asean Fisheries Development Centre (SEAFDEC). The objectives of this study are to assess the standing stock of fish resources and its relationship between fish distribution and density with oceanographic parameters. The estimation of standing stock was conducted using three different methods. First, by acoustic method to obtain the distribution, density and biomass of fish from scientific echosounder split beam transducer. Echograms were processed and analyzed using Sonar Data EchoView software. Secondly, by remote sensing method to obtain net primary productivity from MODIS AQUA satelite. Satellite images were analyzed using Data Analysis System (SeaDAS). Thirdly, by swept area method to obtain biomass of demersal fish from trawling. The acoustic result show that distribution of single fish target strength in location survey is dominated by the small fish of < 10 cm long. In June 2005, the average density of the fish is between 0.006 to 10.96 fish m-³, and in July 2006 is between 0,05 to 2,95 fish m-³. In Juni 2005, the standing stock of fish by acoustic method was 2 055 148,61 ton (18.07 ton km-²). Of this, 1 070 798.83 ton (9.41 ton km- ²) were pelagic fish and 984 615.26 (8.66 ton km-²) demersal fish. While in July 2006, overall fish were 707 317,22 ton (9.22 ton km-²), 222 029,53 ton (2,89 ton km-²) pelagic fish and 485 287,70 ton (6,23 ton km-²) demersal fish, respectively. The standing stock of fish by remote sensing method were 1 941 202.60 ton in 2005 and 524 314.86 ton in 2006. The standing stock of demersal fish by swept area method was 95 630.80 ton with density of 0.84 ton km-². Base on the fish production data in 2004 was 420 282 ton y-1, so the level of exploitation has reached 26.29% in 2005 and 85.31% in 2006. The pelagic fish was considered over exploit in 2006 than 2005, while the demersal fish was still under exploitation. Laut Cina Selatan perairan Indonesia (LCSI) tergolong laut dangkal dengan kedalaman <200 m. Sumberdaya ikan yang terkandung di dalamnya sangat potensial untuk dikelola dan dimanfaatkan. Dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan, wilayah laut ini dikelompokkan dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711 bersama dengan Selat Karimata, Laut Natuna dan sekitarnya dengan luas wilayah diperkirakan sekitar 595 000 km². Status sumberdaya ikan di wilayah ini dinyatakan dalam kondisi masih di bawah jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) atau dalam status under exploited, namun dari hasil kajian terhadap beberapa penelitian terdahulu terlihat bahwa sumberdaya ikan demersal telah mengalami kelebihan tangkap. Berdasarkan data dan informasi sumberdaya perikanan LCSI di atas, maka diperlukan suatu kajian dengan menggunakan beberapa metoda. Dalam penelitian ini, dilakukan kajian terhadap ikan pelagis kecil dan demersal dengan menggunakan metoda hidroakustik, penginderaan jauh dan upaya tangkapan trawl. Penelitian ini bertujuan untuk menduga “stok sesaat” (standing stock) dari sumberdaya ikan pelagis kecil dan demersal, serta menganalisis hubungan antara kondisi oseanografi (suhu, salinitas dan klorofil-a) perairan dengan distribusi kelimpahan sumberdaya tersebut. Data yang digunakan berupa: data akustik yang merupakan hasil akuisisi dengan menggunakan perangkat Scientific Echosounder FURUNO FQ-80 dengan sistem transducer split beam; data suhu, salinitas dan klorofil-a perairan yang diperoleh dengan menggunakan Integrated Conductivity Temperature Depth (iCTD) Type SeaBird Electronics 911; dan data hasil tangkapan trawl. Ketiga data ini merupakan data hasil survei atas kerjasama Pusat Riset Perikanan Tangkap – BRKP Departemen Kelautan dan Perikanan dan South East Asean Fisheries Development Centre (SEAFDEC) pada bulan Juni 2005 dan Juli 2006. Data citra satelit yang digunakan adalah data produktivitas primer bersih (net primary productivity/NPP) yang diperoleh dari citra MODIS AQUA untuk tahun 2005 dan 2006. Pola distribusi sebaran parameter oseanografi perairan diolah dengan menggunakan perangkat lunak Ocean Data View (ODV) mp-Ver. 1.3a-2002; selanjutnya ditumpang tindih (overlay) dengan peta distribusi dan kepadatan ikan untuk melihat hubungan antara keduanya. Peta hubungan antara parameter oseanografi dan distribusi dan kepadatan ikan, diolah dengan menggunakan perangkat lunak SURFER ver. 8.00 dan ArcView GIS ver.3.3. Analisis data akustik dilakukan untuk mendapatkan nilai target strength (TS) ikan tunggal pada selang kedalaman 10 m untuk ikan pelagis dan kedalaman 5 m dari dasar perairan untuk ikan demersal. Analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Sonar Data EchoView 4.0.82.7509. Nilai TS yang diperoleh kemudian dikonversikan kedalam ukuran panjang total ikan tunggal. Selanjutnya dihitung biomassa ikan yang terdapat pada area survei, berdasarkan bobot ikan tunggal yang diperoleh dari hubungan panjang bobotnya. Biomasssa ikan demersal diperoleh dari analisis data hasil tangkapan dengan menggunakan metoda swept area, sedangkan biomassa ikan berdasarkan data NPP, diperoleh melalui pengolahan citra dengan menggunakan perangkat lunak SeaWiFS Data Analysis System (SeaDAS) versi 5.2 under Linux. Kebanyakan ikan tunggal yang ditemukan selama survei bulan Juni 2005 merupakan ikan-ikan kecil berukuran 2,0-7,9 cm dengan jumlah 97 %, sedangkan pada bulan Juli 2006 berukuran 2,0-5,6 cm dengan jumlah 96,36 %. Jumlah ikan tunggal yang ditemukan selama survei bulan Juni 2005 sebanyak 2 134 685 ikan yang terdiri dari 1 745 897 ikan pelagis dan 388 788 ikan demersal. Kepadatan ikan di wilayah ini sebesar 0,006-10,96 ikan m-³ dengan rata-rata 1,24 ikan m-³. Kepadatan ikan pelagisnya sebesar 0,004-8,57 ikan m-³ dan ikan demersal 0,002-2,40 ikan m-³. Distribusi kepadatan ikan secara vertikal, lebih banyak ditemukan pada kedalaman 30- 50 m. Distribusi kepadatan tertinggi ditemukan pada suhu perairan 26,5-29,5 °C, salinitas 33,4-34 psu dan klorofil-a 0,45-0,70 mg m-³. Sementara dari hasil tangkapan trawl ditemukan 134 jenis ikan demersal dengan jumlah 35 354 ekor, dan didominasi oleh Leiognathus bindus sebanyak 75,5 %. Pada survei bulan Juli 2006, ditemukan ikan tunggal 2 473 601 ikan yang terdiri dari 2 044 447 ikan pelagis dan 429 154 ikan demersal. Kepadatan ikannya 0,05-2,95 ikan m-³ dengan rata-rata 1,34 ikan m-³. Kepadatan ikan pelagis 0,046-2,51 ikan m-³ dan ikan demersal 0,003-0,83 ikan m-³. Distribusi kedapatan ikan secara vertikal lebih banyak ditemukan pada kedalaman 50-70 m. Area dimana ditemukannya kepadatan ikan tertinggi memiliki suhu perairannya 21,0-28,0 °C, salinitas 33,7-34,0 psu dan klorofil-a 0,25-1,0 mg m-³. Hasil analisis standing stock berdasarkan metoda akustik pada survei bulan Juni 2005, ditemukan sebesar 2 055 148,61 ton dengan kepadatan 18,07 ton km-². Standing stock ikan pelagis sebesar 1 070 798,83 ton dengan kepadatan 9,41 ton km-² dan ikan demersal sebesar 984 615,26 ton dengan kepadatan 8,66 ton km-²; sedangkan pada penelitian bulan Juli 2006 ditemukan standing stock sebesar 707 317,22 ton dengan kepadatan 9,22 ton km-². Standing stock ikan pelagis sebesar 222 029,53 ton dengan kepadatan 2,89 ton km-² dan ikan demersal sebesar 485 287,70 ton dengan kepadatan 6,23 ton km-². Standing stock ikan demersal berdasarkan metoda swept area sebesar 95 630,84 ton dan kepadatan 0,84 ton km-². Berdasarkan analisis citra satelit diperoleh rata-rata NPP pada tahun 2005 sebesar 208,18 gC m-² thn-1 dengan kisaran 316,18 – 1 233,54 mgC m-² hr-1 dan pada tahun 2006 sebesar 101,20 gC m-² thn-1, dengan kisaran 275,94 – 647,05 mgC m-² hr-1. Berdasarkan nilai NPP ini, maka diperoleh standing stock ikan sebesar 1 598 498,52 ton pada tahun 2005 dan 524 314,86 pada tahun 2006. NPP bulan Juni 2005 dan Juli 2006 sebesar 230,84 gC m-² dan 97,70 gC m-², sehingga standing stock sumberdaya ikan masing-masing sebesar 1 772 453,16 ton dan 506 166,14 ton. Jika tingkat pemanfaatan dihitung berdasarkan nilai produksi pada tahun 2004 sebesar 420 282 ton thn-1, yang terdiri dari ikan pelagis 246 903 ton thn-1 dan ikan demesal 173 379 ton thn-1, maka pada tahun 2005 sumberday ikan yang telah dimanfaatkan sebesar sebesar 25,59 % dan pada 2006 sebesar 74,27 %. Sumberdaya ikan pelagis di tahun 2006 dari hasil kajian terlihat telah mengalami kelebihan eksploitasi (over explotation), dengan tingkat pemanfaatan mencapai 139,00 % dari 28,83 % pada tahun 2005. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal juga terlihat meningkat, yaitu dari 22,01 % pada tahun 2005 menjadi 44,66 %, namun status sumberdayanya masih diperbolehkan (under exploitation).
Collections
- DT - Fisheries [725]