Pola Komunikasi, Penyesuaian Suami Istri, dan Keharmonisan Keluarga dari Suku yang Sama dan Berbeda
Communication pattern, marital adjustment, and family harmony from the same ethnic and different ethnic
Date
2011Author
Septiana, Venti Sanditya
Krisnatuti,Diah
Simanjuntak, Megawati
Metadata
Show full item recordAbstract
This study aims to analyze communication pattern, marital adjustment, and family harmony from the same ethnic and different ethnic. Samples in research are 30 different ethnic families and 30 same ethnic families selected purposively with the criteria of husband and wife with the same and different ethnic. The data was collected through interviews with the help of questionnaires. Communication pattern is measured by how couples communicate things that are happening in the family. Adjustment was measured by Hurlock (2002) that divides into four aspects, namely the adjustment with a partner, sexual adjustment, financial adjustments, and adjustments to the partner's family. Family harmony is measured based on satisfaction samples. Analysis of the data used is descriptive, Independent sample t-test, Pearson correlation and multiple linear regression. Results showed that communication pattern husband and wife from the same ethnic families and different ethnic families rates of categorize high category. Marital adjustment and family harmony in the same ethnic and different ethnic in the category of being. There were no differences in communication pattern, adjustment, and family harmony among different ethnic families and same ethnic families (p>0,05). There is a significant negative relationship between age and income samples with family harmony in different ethnic. In addition there is a significant positive relationship between communication pattern samples and adjustment samples with family harmony in the same ethnic families and different ethnic families. Factors that affect the family harmony is communication pattern samples and marital adjustment samples. Angka perceraian di Kabupaten Bogor cukup tinggi. Sejak Januari hingga Maret 2010 Pengadilan Agama (PA) Cibinong mencatat sedikitnya 500 berkas pengajuan permohonan perceraian. Ada banyak hal yang menyebabkan suatu rumah tangga mengalami masalah atau mungkin berada pada ambang keretakan, seperti kesibukan suami istri, tidak terjalinnya komunikasi yang baik, buruknya pengasuhan anak, masalah keuangan, hilangnya kepercayaan, dan masalah seksualitas (Pratiwi 2008). Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi, penyesuaian suami istri, dan keharmonisan keluarga dari suku yang sama dan berbeda. Adapun secara khusus bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi keluarga sama suku dan beda suku 2) Mengidentifikasi perbedaan pola komunikasi dan penyesuaian antara suami istri pada keluarga sama suku dan beda suku 3) Mengidentifikasi keharmonisan keluarga sama suku dan beda suku 4) Mengidentifikasi hubungan pola komunikasi suami istri, penyesuaian suami istri, dan keharmonisan suami istri, karakteristik keluarga contoh dengan keharmonisan keluarga 5) Menganalisis hubungan pola komunikasi suami istri, penyesuaian suami istri, dan karakteristik keluarga contoh dengan keharmonisan pada keluarga sama suku dan beda suku dan 6) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keharmonisan pada keluarga sama suku dan beda suku Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu waktu tertentu yang dilakukan di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor dan dilakukan secara purposive sampling dengan alasan daerahnya cukup heterogen suku penduduknya. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan inferensia (korelasi Pearson, regresi linear berganda, uji beda Independent t-test ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi yang dilakukan suami istri sudah terkategori baik, namun penyesuaian dan keharmonisan keluarga masih berada pada kategori sedang, baik pada keluarga beda suku maupun sama suku. Tidak terdapat perbedaan pola komunikasi, penyesuaian, dan keharmonisan keluarga antara keluarga beda suku dan sama suku. Pada keluarga beda suku, semakin tinggi usia contoh, usia ketika menikah contoh, dan pendapatan maka semakin rendah keharmonisan keluarga. Selain itu, pada keluarga sama suku dan juga beda suku, semakin baik pola komunikasi dan penyesuaian contoh maka semakin baik pula keharmonisan keluarga. Faktor yang berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga yaitu pola komunikasi dan penyesuaian. Hal ini berarti keharmonisan sebuah keluarga tidak dilihat dari adanya perbedaan atau kesamaan suku, melainkan dipengaruhi oleh pola komunikasi dan penyesuaian pasangan. Selain itu faktor yang berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga pada keluarga beda suku yaitu pendapatan dan penyesuaian, sedangkan pada keluarga sama suku faktor yang berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga yaitu penyesuaian. Lebih dari separuh istri dan suami pada keluarga beda suku memiliki usia dewasa awal (20-40 tahun), begitupula istri pada keluarga sama suku. Namun lebih dari separuh suami pada keluarga sama suku memiliki usia dewasa madya (41-60 tahun). Sebagian besar contoh menikah pada kategori usia (20-30 tahun) dan memiliki lama pernikahan 5 hingga 10 tahun. Hampir separuh contoh pada keluarga beda suku bersuku jawa, begitupula pada keluarga sama suku lebih dari separuh contoh bersuku jawa. Proporsi terbesar lama pendidikan istri dan suami pada keluarga beda suku dan sama suku adalah SMA (10-12 tahun) dan tamat perguruan tinggi. Lebih dari separuh istri pada keluarga beda suku dan sama suku tidak bekerja (ibu rumahtangga), sedangkan lebih dari separuh suami pada keluarga beda suku dan sama suku bekerja sebagai pegawai atau karyawan swasta. Lebih dari separuh contoh memiliki ukuran keluarga kecil. Sebagian besar contoh pada keluarga beda suku memiliki pendapatan sebesar Rp 250.000,00 – Rp 3.666.667,00, pada keluarga sama suku memiliki pendapatan Rp 400.000,00 –Rp 5.250.000,00. Berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor BPS (2010), sebagian besar contoh memiliki pendapatan keluarga per kapita per bulan lebih besar dari Rp 591.957,00.