Distribusi dan Pertumbuhan Cumi-Cumi Sirip Besar (Sepioteuthis lessoniana) di Perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun Kepulauan Seribu, Jakarta
Abstract
Cumi-cumi sirip besar merupakan salah satu sumberdaya ikan ekonomis yang salah satu daerah penyebarannya di Indonesia terdapat Kepulauan Seribu. Nilai ekonomisnya yang tinggi disertai permintaan yang terus meningkat, menjadikan sumberdaya ini sebagai salah satu target utama penangkapan. Daerah penangkapan utama cumi-cumi ini di Kepulauan Seribu yaitu perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan di lokasi tersebut selama periode bulan Maret 2011 sampai Mei 2011, dengan tujuan untuk mengetahui distribusi dan pertumbuhan cumi-cumi sirip besar. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, terdiri dari pengambilan contoh (pengukuran panjang mantel dan bobot tubuh cumi-cumi sirip besar) dan wawancara. Penangkapan cumi-cumi sirip besar dilakukan dengan melaut bersama nelayan yang biasa menangkap cumi-cumi sirip besar. Pengambilan contoh nelayan dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling atau pemilihan dengan sengaja berdasarkan kesediaan nelayan. Alat tangkap yang digunakan ialah pancing dengan umpan buatan dan jaring insang dengan mata jaring 1 inch. Distribusi spasial cumi-cumi sirip baik di perairan Karang Congkak maupun perairan Karang Lebar dan Semak Daun tersebar di perairan dangkal hingga perairan dalam. Pada perairan Karang congkak rata-rata tangkapan cumi-cumi sirip besar yang paling banyak tertangkap terdapat di tubir, yaitu sebanyak 5 + 15 ekor dengan ukuran panjang mantel rata-rata 79.60 + 58.24 mm. Pada perairan Karang Lebar dan Semak Daun cumi-cumi sirip besar paling banyak tertangkap di goba, yaitu sebanyak 3 + 2 ekor dengan ukuran panjang mantel rata-rata 126.81 + 39.74 mm. Penempelan kapsul telur di daerah tubir dan goba diduga menjadi salah satu faktor melimpahnya cumi-cumi sirip besar di daerah tersebut. Selain itu kondisi pasang yang terjadi selama penelitian menyebabkan nelayan lebih sering melakukan penangkapan di daerah tersebut. Distribusi temporal cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak berdasarkan jumlah tangkapannya terus mengalami peningkatan dari pengambilan contoh pertama hingga keempat, kemudian mengalami penurunan pada pengambilan contoh kelima. Hal tersebut diiringi dengan penurunan bobot tangkapan dari pengambilan contoh pertama hingga kedua kemudian mengalami peningkatan bobot tangkapan dari pengambilan contoh ketiga hingga kelima. Pada perairan Karang Lebar dan Semak Daun jumlah tangkapan mengalami peningkatan dari pengambilan contoh kedua hingga ketiga dan mengalami penurunan pada pengambilan contoh keempat hingga kelima. Hal tersebut diiringi dengan penurunan bobot dari pengambilan contoh kedua hingga kelima. Pertumbuhan cumi-cumi sirip besar pada setiap pengambilan contoh diduga memberikan pengaruh. Hasil tangkapan cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak memiliki kisaran sebaran panjang mantel 26-257 mm. Sementara itu di perairan Karang Lebar dan Semak Daun sebaran panjang mantel berkisar 71-285 mm. Pola pertumbuhan cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak dan perairan Karang Lebar dan Semak Daun bersifat allometrik negatif (pertumbuhan panjang mantel lebih dominan dibandingkan pertumbuhan bobot tubuhnya). Parameter pertumbuhan cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak meliputi panjang asimtotik (L∞) sebesar 292.95 mm dan koefisien pertumbuhan (k) sebesar 0.27 per tahun, sedangkan untuk perairan Karang Lebar dan Semak Daun meliputi panjang asimtotik (L∞) sebesar 299.25 mm dan koefisien pertumbuhan sebesar 0.23 per tahun. Cumi-cumi sirip besar yang tertangkap di perairan Karang Congkak maupun perairan Karang Lebar dan Semak Daun berukuran kecil hingga besar. Cumi-cumi sirip besar yang masih berukuran kecil terdapat di tubir sedangkan yang berukuran besar terdapat di hamparan dangkal. Beberapa implementasi pengelolaan cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun diantaranya dengan menyesuaikan ukuran mata jaring agar cumi-cumi sirip besar yang masih berukuran kecil tidak tertangkap dan dapat terus berkembang hingga besar. Intensitas penggunaan alat tangkap jaring sebaiknya dikurangi di daerah tubir karena cumi-cumi sirip besar umumnya berukuran masih kecil. Selain itu juga dikurangi kegiatan penangkapan cumi-cumi sirip besar dengan menggunakan jaring pada akhir bulan Maret dan awal April di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun karena ada indikasi rekrutmen.