Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan Zat Pengatur
Influence of Organic Stimulant and Plant Growth Regulator on The Productivity of Pine Resin Tapping in Gunung Walat University Forest.
Abstract
Pine resin is a non-wood forest product that can be processed into Gum Rosin and turpentine. The enhancement of pine resin demand in Indonesia even in the world led to find the ways to increase the productivity of the resin. One way is by administering stimulant. However, the most well known stimulant is made anorganic form sulfate acid (CAS) which can cause damage to pine trees, the environment, and influence the health of tappers and other dairy can not be used as food grade. Therefore, this study used organic and PGR stimulant that can increase the productivity of pine tapping, cannot damage the pine trees, environment, and safe for tappers and can be used as food grade. There were five treatments in this study, according to: control, 12-40 ETRAT, CAS, PGR-12 and ETS. Control treatment was not given a stimulant, ETRAT 12-40 and ETS using organic stimulant and Plant Growth Regulator (PGR), PGR-12 is Plant Growth Regulator (PGR), and CAS is an anorganic stimulant. Plant Growth Regulator used is Ethylene, because ethylene eksogen can affect ethylene endogen in the trees for doing sekunder metabolism process. Based on this research, the highest average percentage productivity is by PGR-12 treatment that is equal to 16.77 grams/quarre/day, while the CAS is only 8.74 grams/quarre/day. The use of PGR-12 also has the highest percentage increase in resin productivity of the control, that is equal to 202.12% and 105.28% for CAS. Moreover, in terms of cost analysis, treatment with PGR-12 produces the highest value-added of productivity of the pine resin tapping, amounting to Rp 94.37/quarre/day, while the CAS is Rp 3.92/quarre/day. Therefore, organic stimulant and PGR are better used than inorganic stimulant. Treatment with PGR-12 have the highest values of average productivity of pine resin, the percentage increase of productivity, and value-added productivity of pine resin. However, for applications in the field, PGR-12 can not be used in Gunung Walat Forest Education, because based on Perhutani Unit III West Java who has conducted internal research, a suitable stimulant used in West Java is ETRAT 12-40. In addition, based on Duncan test, treatment with 12-40 ETRAT not significantly different from PGR-12. Use of ETRAT 12-40 are also more advisable, because of the composition, concentration ethylene (PGR) is lower than the PGR-12. Hence, application ETRAT 12-40 in Gunung Walat University Forest more efficient. Getah pinus merupakan Hasil Hutan Bukan Kayu yang dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Permintaan getah pinus yang semakin meningkat di Indonesia maupun di dunia menyebabkan perlunya upaya peningkatan produktivitas getah. Salah satu caranya adalah dengan pemberian stimulansia. Namun, stimulansia yang sering dikenal adalah stimulansia anorganik berupa cairan asam sulfat (CAS) yang dapat menyebabkan kerusakan pada pohon pinus, lingkungan, dan mengganggu kesehatan penyadap getah serta olahannya tidak dapat dijadikan food grade. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan stimulansia organik dan ZPT yang dapat meningkatkan produktivitas getah pinus, tidak merusak pohon dan lingkungan, aman bagi penyadap getah serta dapat dijadikan food grade. Ada lima perlakuan dalam penelitian ini, yaitu kontrol, ETRAT 12-40, CAS, PGR-12, dan ETS. Perlakuan kontrol tidak diberikan stimulansia apapun, ETRAT 12-40 dan ETS menggunakan stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), PGR-12 merupakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), dan CAS merupakan stimulansia anorganik. Zat Pengatur Tumbuh yang digunakan adalah ethylene, karena ethylene exsogen dapat mempengaruhi ethylene endogen di dalam pohon untuk melaksanakan proses metabolisme sekunder Berdasarkan penelitian, rata-rata produktivitas tertinggi adalah dengan perlakuan PGR-12 yaitu sebesar 16,77 gram/quarre/hari, sedangkan CAS hanya 8,74 gram/quarre/hari. Penggunaan PGR-12 juga memiliki persentase peningkatan produktivitas getah tertinggi terhadap kontrol, yaitu sebesar 202,12 % sedangkan CAS sebesar 105,28 %. Selain itu, dari segi analisis biaya, perlakuan dengan PGR-12 menghasilkan nilai tambah produktivitas getah yang tertinggi, yaitu sebesar Rp 94,37/quarre/hari, sedangkan CAS sebesar Rp 3,92/quarre/hari. Oleh karena itu, stimulansia organik dan ZPT lebih baik digunakan daripada stimulansia anorganik. Perlakuan dengan PGR-12 memiliki hasil rata-rata produktivitas getah pinus, persentase peningkatan produktivitas getah, dan nilai tambah produktivitas getah pinus tertinggi. Akan tetapi, untuk aplikasi di lapangan, PGR-12 belum dapat digunakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, karena berdasarkan Perhutani Unit III Jawa Barat yang telah melakukan penelitian internal, stimulansia yang cocok digunakan di Jawa Barat adalah ETRAT 12-40. Selain itu, berdasarkan Uji Duncan, perlakuan dengan ETRAT 12-40 tidak berbeda nyata dengan PGR-12. Penggunaan ETRAT 12-40 juga lebih disarankan, karena dari komposisi, konsentrasi ethylenenya (ZPT) lebih rendah daripada PGR-12. Jadi, untuk aplikasinya di Hutan Pendidikan Gunung Walat lebih efisien menggunakan ETRAT 12-40.
Collections
- UT - Forest Management [3059]