Pola Sebaran Spasial Jenis Merbau (Intsia spp.) pada Hutan Primer dan Hutan Bekas Tebangan di Areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua
LESTARI. Spatial Distribution Pattern of Merbau (Intsia spp.) in Primary Forest and Logged Over Area at IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri Area, Papua Province.
Date
2011Author
Lestari, Dwi Puji
Rusolono,Teddy
Kartono,Agus Priyono
Metadata
Show full item recordAbstract
Spatial distribution pattern is one of the important characteristic in ecological communities. It can be used for consideration in decisions of managing forest. Merbau was chosen as the object of this research because it has high commercial value and threaten in nature due to intensive logging activity of this species. The purposes of this research were to identity the spatial distribution pattern of merbau in primary forest and logged over area (LOA), to identity the community similarities among primary forest and LOA, to identity the association between merbau species and between merbau to another species, and also comparing the stand structure among primary forest and LOA. This research was located in IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri area on June-July 2011. It took place in five forest conditions, primary forest, Logged Over Area 15 years, 11 years, 5 years and 2 years. In each location would be placed three line transect, each size 20 x 500 m2 divided into 25 sampling units, with dimension of size 20 x 20 m2. The first transect location was decided by purposive sampling method considering the accessibility and the representation of environmental factors. Next transect were located systematically in line with the first transect by distance 500 m. All trees that occur in sampling units with minimum diameter 10 cm and the biophysical environmental factors are registered. Only two spesies of merbau were found, Intsia bijuga (Colebr.) O. Ktze. and Intsia palembanica Miq. The spatial distribution pattern is counted by Standardized Morisita Index. The distribution pattern of merbau were different among location depend on the biophysical environmental factors. The higher altitude will give clumped pattern of merbau and this species will have positive association with others species. In the lower altitude, merbau will show uniform pattern and their occurrence were independent with others species. It is because the merbau’s seed spread by the river stream and the nutrition of soil were carried out by the surface run off and accumulated in the lower area. The similarity index of community showed that stand composition in four logged over areas will grow similarly to primary forest’s stand composition. The stand structure in all forest condition showed inverse J-shaped distribution. The value of k and a in the LOA 15 years are high enough and they decrease by reducing of the logging age. It indicated that species density was high at the lower diameter class in which strict competition was occurred. Pola sebaran spasial merupakan salah satu karakteristik penting dalam ekologi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan hutan produksi lestari. Pada penelitian ini dipilih jenis merbau (Intsia spp.) karena jenis ini merupakan jenis yang memiliki nilai komersial tinggi dan keberadaannya semakin berkurang akibat maraknya kegiatan penebangan yang menjadikan jenis ini sebagai target utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola sebaran spasial jenis merbau pada hutan primer dan hutan bekas tebangan, mengidentifikasi kesamaan komunitas antara hutan primer dan hutan bekas tebangan, mengidentifikasi hubungan asosiasi antar jenis merbau dan dengan beberapa jenis dominan serta membandingkan struktur tegakan antara hutan primer dan hutan bekas tebangan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2011 pada lima kondisi hutan yaitu; hutan primer, LOA berumur 15 tahun, 11 tahun, 5 tahun, dan 2 tahun. Pada masing-masing areal dilakukan pengukuran pada 3 jalur, masing-masing jalur berukuran 20 x 500 m2 yang dibagi menjadi petak-petak berukuran 20 x 20 m2. Jalur pertama ditentukan secara purposive sampling berdasarkan keterjangkauan dan keterwakilan kondisi fisik lingkungan. Jalur selanjutnya diletakkan secara sistematis sejajar satu sama lain dengan jarak antar jalur 500 m. Data yang dicatat dalam jalur pengamatan adalah semua jenis pohon mulai dari tingkat tiang (berdiameter minimal 10 cm) serta kondisi fisik lokasi pengamatan. Jenis merbau yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah Intsia bijuga (Colebr.) O. Ktze. dan Intsia palembanica Miq. Pola sebaran spasial dihitung menggunakan Indeks Morisita yang telah distandarisasi. Pola sebaran kedua jenis merbau berbeda-beda pada masing-masing lokasi bergantung pada kondisi fisik lingkungan. Pada lokasi yang memiliki ketinggian tempat lebih tinggi, kedua jenis merbau akan cenderung membentuk pola sebaran mengelompok serta berasosiasi dengan jenis lainnya, sedangkan pada tempat yang lebih rendah akan membentuk pola seragam dan tidak memiliki hubungan asosiasi dengan jenis lain. Hal ini disebabkan oleh penyebaran biji merbau yang terbawa aliran sungai serta unsur hara yang terbawa aliran permukaan sehingga keduanya berkumpul di tempat yang lebih rendah. Jika dilihat dari indeks kesamaan komunitas, komposisi jenis keempat LOA berangsur-angsur akan mendekati kondisi pada hutan primer. Struktur tegakan pada hutan primer dan hutan bekas tebangan juga sama-sama membentuk kurva berbentuk J terbalik. Nilai k dan a yang sangat tinggi pada LOA berumur 15 tahun dan semakin rendah dengan berkurangnya umur penebangan menunjukkan kerapatan yang sangat tinggi pada kelas diameter rendah dan terjadi persaingan yang ketat.
Collections
- UT - Forest Management [2836]