Teknik penangkaran, aktivitas harian dan perilaku makan burung kakatua-kecil jambul kuning (Cacatua Sulphurea Sulphurea Gmelin, 1788) di penangkaran burung Mega Bird and Orchid Farm, Bogor, Jawa Barat
Abstract
Cockatoo bird has beautiful and varying crest feather and also has a loud shrill voice which caused many cockatoos being hunted for commercial trade. Captive breeding, as one of ex-situ conservation measures, was an alternative effort to conserve the lesser sulphur-crested cockatoo. Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) is a captive breeding company which company focus on captive breeding of parrots. This research was aimed to identify captive breeding techniques, daily activities and feeding behavior of lesser sulphur-crested cockatoo in MBOF. The research was carried out in MBOF captive breeding, Bogor, West Java from June to July 2011. Data type taken is primary data consisting of cage, food, diseases, breeding, event activity, state, social and feeding behavior. The methods used in this research consist of literature study, observation, and interview. Data on technical aspect of captive breeding was collected through direct observation, direct measurement and observation of manager’s activities. Focal Animal Sampling method was used in the obsevation of daily activities anf feeding behavior. There were two couples of lesser sulphur-crested cockatoo. Type of cage was permanent with size of 300 cm x 157 cm x 154 cm. Construction of the cage consisted of wall hedge, ram wire for the main component of cage with iron on each corner and asbestos for roof. Cage maintenance was carried out inside and outside the cage. Waste was recycled into fertilizer. Average temperature and humidity of cage were 29.78° C and 67.42%. Main feed of cockatoo consisted of 260 g unripe corn, 130 g peanuts, and 110 g sunflower seeds, and an additional feed of 225 g of papaya. Nutrient content of the main food was 879.74 cal. During the research in MBOF, there had been no cockatoo which suffered diseases. The male cockatoos can be distinguished from its female by its iris. Male have black iris while female had red iris. Selection of broodstock was done through the observation of cockatoo physical condition. Technique of pairing carried out by force. A total of 12 activities were observed from the cockatoo at MBOF birds captive breeding included walking activity, pecking at object, motionless, moving slightly, reserving, exploring fur, eating, calling, drinking, defecating, and other activities. There were differences between male and female cockatoo which classified into other activities. Other activities carried out by male cockatoo were playing activity, checking condition, flapping its wing, hanging and spinning, and hiding. Other activities carried out by female cockatoo were spreading its right wing and the cleaning its feet. The most frequent activity performed by the male cockatoo was playing activity, while most frequent activity carried out by a female cockatoo was a motionless activity. In terms of feeding behavior, there was no difference between male and female cockatoo. Cockatoos use one leg for gripping a branch or perched on a place, and the other leg for holding itsfeed. Another way of feeding activity was to eat the feed directly. Burung kakatua memiliki bulu jambul yang indah dan bervariasi serta memiliki suara lengkingan yang nyaring sehingga menyebabkan burung kakatua banyak diburu untuk kegiatan perdagangan. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan burung kakatua-kecil jambul kuning adalah dengan usaha konservasi eksitu, yaitu dengan kegiatan penangkaran. Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) merupakan penangkaran yang sekarang sedang berupaya untuk menangkarkan jenis burung paruh bengkok. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi teknik penangkaran, aktivitas harian dan perilaku makan burung kakatua-kecil jambul kuning di MBOF. Penelitian dilaksanakan di penangkaran burung MBOF, Bogor, Jawa Barat pada bulan Juni hingga Juli 2011. Data yang diambil adalah data primer, meliputi kandang, pakan, penyakit, reproduksi, aktivitas event, state, sosial, dan perilaku makan. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi lapang dan wawancara. Aspek teknik penangkaran dilakukan dengan pengamatan langsung, pengukuran langsung dan mengikuti kegiatan pengelola. Pengamatan terhadap aktivitas harian dan perilaku makan dengan menggunakan metode Focal Animal Sampling. Burung kakatua-kecil jambul kuning berjumlah 2 pasang. Jenis kandang merupakan kandang permanen yang berukuran 300 cm x 157 cm x 154 cm. Konstruksi kandang terdiri dari pagar berupa tembok, kawat ram sebagai bahan utama kandang dengan dilengkapi besi di setiap sudutnya dan asbes sebagai atap. Perlengkapan yang terdapat di dalam kandang berupa tempat bertengger, bersarang, makan dan minum. Kegiatan perawatan kandang dilakukan di dalam dan di luar kandang. Hasil limbah penangkaran diolah menjadi pupuk. Suhu dan kelembaban rata-rata kandang adalah 29,78°C dan 67,42%. Pakan utama burung kakatua berupa jagung muda berjumlah 260 gr, kacang tanah 130 gr dan biji bunga matahari 110 gr, serta pakan tambahan berupa pepaya 225 gr. Kandungan gizi dari pakan utama berjumlah 879,74 kal. Selama berada di MBOF, burung kakatua belum pernah terserang penyakit. Cara membedakan jenis kakatua jantan dapat dilihat dari iris matanya, jantan memiliki iris mata hitam dan betina memiliki iris mata merah. Pemilihan bibit dilakukan dengan memperhatikan kondisi fisik burung kakatua. Teknik penjodohan dilakukan secara paksa. Jenis aktivitas yang ditemukan di penangkaran burung MBOF berjumlah 12 aktivitas, antara lain aktivitas berjalan, mematuk benda, diam, geser, siaga, mengangkat kaki, menelisik bulu, makan, memanggil, minum, buang kotoran, dan aktivitas lain. Terdapat perbedaan aktivitas antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina yang diklasifikasikan menjadi aktivitas lain. Aktivitas lain yang dilakukan oleh burung kakatua jantan adalah aktivitas bermain, memeriksa keadaan, mengibaskan sayap, menggantung dan berputar, dan bersembunyi. Sedangkan aktivitas lain yang dilakukan oleh kakatua betina adalah aktivitas mengembangkan sebelah sayap dan membersihkan kaki. Aktivitas tertinggi yang dilakukan oleh burung kakatua jantan adalah aktivitas bermain, sedangkan aktivitas tertinggi yang dilakukan oleh burung kakatua betina adalah aktivitas diam. Dalam hal cara makan, tidak terdapat perbedaan cara makan antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina. Pada saat makan, kakatua menggunakan satu kaki untuk mencengkeram dahan atau tempat bertenggger, sedangkan satu kaki yang lain memegang pakan. Cara lain yang dilakukan oleh burung kakatua dalam melakukan aktivitas makan adalah dengan memakannya langsung.