Pertumbuhan Bibit Sengon [Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen] yang Dikembangkan dari Benih dan Kultur Jaringan pada Berbagai Komposisi Media Tanam
Growth of Sengon [Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen] Seedling that Developed from Seed and Tissue Culture in Various Planting Media.
Abstract
Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) was one of fast-growing tree species. Generally, it was multiplied generatively caused of its seed that provided every year with germinating percentage higher than 80%. Sengon tree was also could be multiplied in vegetative way by using tissue culture technique. This research was supposed to compare the growth of seedling from seed and tissue culture, which planted in various planting media. Sengon seedling, which developed from seed and tissue culture, was planted in different composition of media. First media was soil, compost, and shuck coal with ratio 5:3:1 (v/v/v). Second media was soil and shuck coal with ratio 8:1 (v/v), added by Arbuscular Mycorrizhae Fungi (AMF) inoculation in planting holes which amounted 4 gram/planting hole. Third media (control media) was soil, sand, and compost with ratio 1:1:1 (v/v/v). Experiment was performed by using Complete Random Design (CRD) with 2 factors; those are source of seedling development and planting media. Each treatment has 4 replication and each replication consist of 5 polybag unit that contain Sengon seedling. Height and diameter of Sengon seedling from tissue culture was better than seedling from seed. But both of them have same wet weight and dry weight. It was caused by the greater crown of Sengon seedling from seed than Sengon seedling from tissue culture. AMF inoculation in Sengon seedling could increase height growth up to 110% compared with control. The best of Shoot Root Ratio (SRR) was obtained from Sengon seedling that planted in second media which amounted 1.56. SRR value that approaching to 1 was indicating that a plant has good tenacity and growth if it moved to field. Generally, second media gives most positive effect to diameter, shoot wet-weight, root wet-weight, total wetweight, shoot root ratio, and total of root nodule. Sengon seedling from tissue culture could adapt better to all of media compared with seedling from seed. Sengon seedling that planted in first media also gives better result compared with third media that used as control. Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nilsen) merupakan salah satu jenis pohon yang pertumbuhannya sangat cepat. Pada umumnya perbanyakan tanaman sengon dilakukan secara generatif, karena benihnya tersedia sepanjang tahun dengan persen perkecambahan dapat mencapai lebih besar dari 80%. Tanaman sengon dapat juga diperbanyak secara vegetatif yaitu dengan teknik kultur jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan bibit tanaman sengon yang dikembangkan dari benih dan kultur jaringan, yang ditumbuhkan pada berbagai media tanam. Bibit sengon yang dikembangkan dari benih dan kultur jaringan ditumbuhkan pada media yang berbeda. Media 1 ialah tanah, kompos, dan arang sekam dengan perbandingan 5:3:1 (v/v/v). Media 2 ialah tanah dan arang sekam dengan perbandingan 8:1 (v/v), disertai dengan penambahan inokulum Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) yang diberikan dalam lubang tanam. Jumlah FMA yang diberikan ialah 4 gram/lubang tanam. Media 3 (kontrol) ialah tanah, pasir, dan kompos dengan perbandingan 1:1:1 (v/v/v). Percobaan dilakukan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu asal pengembangan bibit dan komposisi media. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Setiap ulangan terdiri atas 5 unit polibag yang berisi bibit sengon. Tinggi dan diameter bibit sengon yang dikembangkan dari kultur jaringan lebih baik bila dibandingkan dengan bibit yang dikembangkan dari benih. Namun, bibit sengon yang dikembangkan dari benih dan kultur jaringan memiliki berat basah dan berat kering yang sama. Hal ini dapat terjadi karena bibit sengon yang yang dikembangkan dari benih memiliki tajuk yang lebih besar bila dibandingkan dengan bibit sengon yang dikembangkan dari kultur jaringan. Inokulasi FMA pada bibit sengon dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sampai 110% dibandingkan dengan kontrol. Nisbah Pucuk Akar (NPA) terbaik terdapat pada bibit sengon yang ditanam pada media 2 dengan nilai sebesar 1,56. Nilai NPA yang mendekati satu mengindikasikan ketahanan dan pertumbuhan bibit yang baik bila dipindahkan ke lapangan. Secara keseluruhan bibit sengon (dari benih dan kultur jaringan) yang ditanam pada media 2 memberikan pengaruh yang sangat baik pada peubah diameter, berat basah pucuk, berat basah akar, berat basah total, berat basah pucuk, berat basah akar, berat basah total, nisbah pucuk akar, dan jumlah bintil akar. Bibit sengon yang dikembangkan dari kultur jaringan mampu beradaptasi dengan baik pada semua media bila dibandingkan dengan bibit yang dikembangkan dari benih. Bibit sengon yang ditanam pada media 1 juga memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan media 3 yang digunakan sebagai kontrol
Collections
- UT - Silviculture [1275]