Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing Di Jawa Timu
Abstract
Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi salah satu sumber pembiayaan yang penting bagi wilayah yang sedang berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan. Sebagai salah satu komponen aliran modal, PMA dianggap sebagai aliran modal yang relatif stabil dibandingkan dengan aliran modal lainnya, misalnya investasi portofolio maupun utang luar negeri. Perkembangan penanaman modal asing yang masuk periode 1990-2010 menunjukkan bahwa investasi asing yang masuk ke Provinsi Jawa Timur relatif kecil dibandingkan dengan total investasi nasional. Adapun perkembangan PMA di Pulau Jawa menunjukkan rata-rata investasi asing yang masuk sebesar 80,50 persen dari investasi nasional, dimana rata-rata investasi terbesar yaitu Provinsi DKI Jakarta sebesar 37,97 persen, Provinsi Jawa Barat sebesar 21,71 persen dan Provinsi Jawa Timur sebesar 9,31 persen. Sedangkan jika dilihat pendapatan domestik regional bruto di Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur memiliki pendapatan terbesar kedua setelah Provinsi DKI Jakarta. Permasalahan yang ingin dilihat adalah mengapa Provinsi Jawa Timur yang memiliki pangsa pasar yang besar tidak menarik bagi investor asing. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran penanaman modal asing di Provinsi Jawa Timur dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhinya. Gambaran yang diberikan diharapkan berguna untuk berbagai pihak terutama Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Peningkatan PMA yang besar dapat digunakan sebagai salah satu instrumen dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang merupakan prasyarat pembangunan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda dengan metode analisis Ordinary Least Square (OLS). Pada analisis deskriptif dijelaskan gambaran kondisi PMA dan variabel yang diduga memengaruhinya seperti PDRB, keterbukaan ekonomi, inflasi dan upah minimum. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang diduga memengaruhi PMA di Provinsi Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB dan keterbukaan ekonomi mempunyai hubungan positif terhadap PMA hal ini sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Azam dan Lukman (2008), sedangkan variabel inflasi dan upah minimum mempunyai hubungan negatif terhadap PMA, variabel PDRB sebagai proxy dari market size berpengaruh positif hal ini sesuai dengan teori neoklasik dan teori pertumbuhan endogen, juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sarwedi (2002), Kurniati (2007), Sutarsono (2010) dan Phytaloka (2010) yang berarti bahwa PDRB yang tinggi di suatu daerah merupakan pendorong bagi investor untuk berinvestasi.