Identifikasi Eco-Aesthetic Lanskap Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan
Abstract
Perdesaan merupakan wilayah yang kegiatan utamanya adalah pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Adat istiadat dan sosial budaya yang ada masih diakui dan dihormati oleh masyarakat setempat. Dalam mensejahterakan masyarakat desa banyak kegiatan-kegiatan yang terkadang kurang memperhatikan fungsi-fungsi ekologi dan estetiknya. Salah satunya yaitu Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan, merupakan salah satu desa di Indonesia yang memiliki kegiatan utamanya pertanian dengan potensi keindahan yang baik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi suatu lanskap visual Desa Ancaran yang ditinjau dari sudut pandang eco-aesthetic. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian dilakukan dengan tiga tahapan yaitu studi pustaka, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis. Analisis yang digunakan yaitu analisis scenic beauty estimation (SBE) untuk mengetahui nilai keindahan, analisis semantic differential (SD) untuk mengetahui persepsi ekologi, dan analisis regresi multilinear. Penilaian dalam perhitungan SBE dan SD dilakukan oleh 30 responden. Hasil dari perhitungan SBE dikelompokkan menjadi lanskap kualitas estetik tinggi, lanskap kualitas estetik sedang, dan lanskap kualitas estetik rendah. Kemudian dianalisis hubungan kualitas estetik dan kualitas ekologinya dengan menggunakan metode SD. Analisis regresi multilinear digunakan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh nyata pada suatu nilai keindahan yang ada. Data yang digunakan merupakan data yang dianggap memiliki kondisi lanskap yang teratur. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai SBE yang dimiliki Desa Ancaran berkisar -67 sampai 120. Nilai keindahan tertinggi sebesar 120 pada lanskap Nomor 28 dan lanskap dengan nilai keindahan terendah sebesar -67 pada lanskap Nomor 6. Lanskap yang memiliki nilai SBE tinggi merupakan lanskap pertanian yang merupakan lanskap paling disukai dan indah, sedangkan lanskap dengan nilai SBE rendah terdapat pada lanskap pasar yang merupakan lanskap yang paling tidak disukai dan tidak indah. Lanskap kualitas estetik tinggi memiliki persentase luasan sekitar 30,79%, lanskap kualitas sedang memiliki persentase luasan sekitar 51,02%, dan lanskap kualitas estetik rendah memiliki persentase luasan sekitar 18,19%. Lanskap kualitas estetik tinggi memiliki jumlah vegetasi yang dominan serta memiliki keteraturan dan keharmonisan antarelemen yang ada sehingga hal tersebut dapat meningkatkan nilai estetiknya. Lanskap kualitas sedang cenderung memiliki jumlah elemen pembentuk lanskap yang seimbang. Walaupun terdapat bangunan dan perkerasaan, adanya vegetasi yang mendukung mampu meningkatkan kualitas estetiknya. Lanskap kualitas rendah lebih didominasi oleh bangunan dan perkerasaan. Lanskap tersebut cenderung dalam kondisi yang tidak rapi dan tidak bersih sehingga mempengaruhi nilai estetiknya. Lanskap yang didominasi oleh vegetasi cenderung meningkatkan kualitas nilai estetik, sedangkan bangunan dan perkerasan cenderung menurunkan kualitas nilai estetik pada tapak. Hal tersebut dikarenakan pada setiap lanskap yang ada memiliki tipe lanskap yang berbeda. Tipe lanskap desa yang sering ditemui adalah pertanian, perkebunan, perumahan, permukiman padat, perkantoran, pasar, dan sarana pendidikan. Berdasarkan hasil dari hubungan kualitas estetik dengan kualitas ekologi, didapat bahwa lanskap kualitas estetik tinggi memiliki kelembaban cukup tinggi, intensitas cahaya cukup tinggi, kerapatan vegetasi cukup tinggi, dan keragaman vegetasi cukup tinggi. Lanskap yang memiliki kualitas sedang memiliki kelembaban cukup tinggi, intensitas cahaya cukup tinggi, keragaman vegetasi yang cukup rendah, dan kerapatan vegetasi cukup rendah. Lanskap yang memiliki kualitas rendah memiliki intensitas cahaya tinggi, keragaman vegetasi rendah, dan kerapatan vegetasi rendah. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis statistik regresi multilinear diperoleh persamaan SBE = 75,9 + 0,1 v – 1,9 b – 1,1 p, dengan v = vegetasi, b = bangunan, dan p = perkerasan. Persamaan tersebut digunakan untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi nilai keindahan. Elemen lanskap yang dijadikan sebagai variabel adalah vegetasi, bangunan, dan perkerasan. Variabel vegetasi dapat meningkatkan nilai SBE karena koefisien regresi benilai positif. Pada penelitian ini variabel yang dapat berpengaruh nyata terhadap nilai SBE adalah variabel bangunan dengan tingkat kepercayaan 95%. Lanskap Desa Ancaran terdiri dari 12 unit lanskap, yaitu lanskap pertanian, lanskap kebun campuran, lahan tidak terpakai, lanskap perumahan, lanskap permukiman padat, lanskap sekolah, lanskap perkantoran, lanskap rumah dekat sawah, lanskap rumah dekat pertokoan, lanskap kuburan, lanskap lapangan, dan lanskap pasar. Unit lanskap yang paling dominan adalah unit lanskap pertanian, yaitu sekitar 37%. Kualitas estetik lanskap Desa Ancaran secara umum memiliki kualitas estetik sedang. Secara perseptual, lanskap yang memiliki nilai kualitas estetik tinggi dinilai cenderung memperlihatkan kualitas ekologi yang tinggi. Lanskap yang memiliki nilai kualitas estetik sedang dinilai cenderung memperlihatkan kualitas ekologi yang sedang pula, dan lanskap yang memiliki nilai kualitas estetik rendah cenderung memperlihatkan kualitas ekologi yang rendah.
Collections
- UT - Landscape Architecture [1258]