Estimasi potensi, daya dukung dan tingkat pemanfaatan untuk pengelolaan populasi simping (Placuna placenta, Linn 1758) secara berkelanjutan
Potency estimation, carrying capacity and exploitation for sustainable simping population (Placuna placenta, Linn 1758) management
Date
2011Author
Yonvitner
Boer, Mennofatria
Dahuri, Rokhmin
Setyobudiandi, Isdradjad
Praptokardiyo, Kardiyo
Metadata
Show full item recordAbstract
Exploitation activity using garok and habitat change would damage the availability of simping resources. This pattern was shown as the size and biomass of Kronjo’s fishermen catchment has been decreasing. In order to conduct the sustainably usage, a study of simping stock potency, exploitation level, recovery ability and carrying capacity of exploitation area is needed. These research conducted at Kronjo Bay from March-September 2008. Main topic are 1) distribution of simping population, 2) fishing intensity and 3) turnover rate and turn over time, production, biomas, P/B ratio, production capacity. Data analysis used statistic descriptive, one way anova and simulation model using Microsoft excel. The result shows that parameters COD, DO and potential TSS distracted the simping survival, while other parameters still supported the simping survival. Abundance stock potency was high at zone 2, zone 1 and zone 3. Stock biomass potency was also high at zone 2, zone 3 and sone 1. The recovery ability of the stock at zone 1 was 18,20 g.m-2.day-1, zone 2 was 19,37 g.m-2.day-1, and zone 3 was 8,76 g.m-2.day-1. Total growth during exploitation stage at zone 1 was 56 g.m-2.day-1, zone 2 was 55,57 g.m-2.day-1 and zone 3 was 26,87 g.m-2.day-1. While exploitation at zone 1 was 63,5 g.m-2.day-1, zone 2 was 79,6 g.m-2.day-1and zone 3 was 20,8 g.m-2.day-1. Biomass production ratio (time recovery) (B/P ratio) at zone 1 was 3,1 days, at zone 2 was 2,9 days and zone 3 was 3,1 days. From the result above, it is concluded that in zone 3, there is a potency of sustained simping usage, while at zone 1 and 2, there would need a conservation activity in order to achieve the growing biomass to balance the exploitation. Exploitation carrying capacity was high at zone 2 and 1, while at zone 3, the exploitation carrying capacity was lower. In production operation wise, the approaching of carrying capacity, catchment quota, catchment intensity and catchment area management should be conducted as follow up steps of management. Sumberdaya simping (Placuna placenta) merupakan salah satu sumberdaya banyak yang dimanfaatkan masyarakat di wilayah pesisir. Pemanfaatan simping sampai saat ini masih bersifat eksplorative dan cenderung tidak terkontrol. Selain itu input bahan pencemar dari daratan juga berdampak dan dapat mempengaruhi ketersediaan stok di perairan. Berdasarkan pertimbangan ini maka tujuan penelitian dirumuskan untuk melihat sebaran potensi, daya dukung dan tingkat eksploitasi untuk pengelolaan yang berkelanjutan, sehingga dimasa mendatang sumberdaya ini tetap lestari dan berimbang antara eksploitasi dengan tingkat kemampuan pulih kembali sumberdaya simping. Penelitian dilakukan di Teluk Kronjo, Kab Tangerang mulai dari Maret – September 2008. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu 1) penelitian distribusi dan estimasi potensi pada bulan Maret (T1), bulan April (T2) dan Mei (T3) 2) penelitian intensitas tangkap dan hasil tangkap, 3) penelitian daya pulih (P/B) dan daya dukung untuk merumuskan pengelolaan. Penelitian dilakukan atas 3 zonasi (kedalaman perairan) yaitu zona 1 kedalaman 0-3 meter, zona 2 kedalaman 3-6 meter dan zona 3 kedalaman lebih dari 6 meter. Hasi penelitian untuk kualitas habitat diperoleh rataan suhu antar zona di waktu T1, T2 dan T3 tidak berbeda nyata. Rataan suhu pada waktu T1 yaitu 31,3 oC pada waktu T2 sebesar 29,37 oC dan waktu T3 sebesar 30,65 oC. Rataan kecerahan antar zona di waktu T1, T3 berbeda nyata, sedangkan pada waktu T2 tidak berbeda nyata. Rataan kecerahan pada waktu T1 tertinggi yaitu di zona 3 sebesar 2,8 m, kemudian di zona 1 sebesar 1,2 m dan terendah di zona 2 yaitu 1,1 m. Pada waktu T3 kecerahan tertinggi di zona 3 sebesar 1,1 m, kemudian di zona 2 0,6 m dan terendah di zona 1 sebesar 0,4 m. Sedangkan rataan kecerahan pada semua zona pada waktu T2 sebesar 0,76 m. Rataan kekeruhan antar zona diwaktu T1, T2 dan T3 tidak berbeda nyata. Rataan kekeruhan pada waktu T1 yaitu 11,48 NTU pada waktu T2 sebesar 4,51 NTU dan waktu T3 sebesar 4,7 NTU. Rataan TSS antar zona diwaktu T1, T2 dan T3 tidak berbeda nyata. Rataan TSS pada waktu T1 yaitu 7,6 mg.l-1 pada waktu T2 sebesar 16,4 mg.l-1 dan waktu T3 sebesar 26,62 mg.l-1.
Collections
- DT - Fisheries [710]