Analisis Risiko Faktor-Faktor Produktivitas Udang Windu (Penaeus monodon) pada Petambak Tradisional di Desa Pusakajaya Utara Kabupaten Karawang
Abstract
Perikanan merupakan salah satu sektor agribisnis yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Cukup banyak komoditi perikanan yang dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi masyarakat sekitar, salah satunya adalah udang windu yang merupakan satu dari tiga komoditi revitalisasi perikanan yang terus dikembangkan. Kabupaten Karawang merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar untuk dikembangkan. Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai negara pengekspor udang terbesar di dunia setelah beberapa negara seperti China, Thailand dan Vietnam. Tujuan penelitian ini, antara lain : (1) identifikasi sumber-sumber risiko, (2) Menganalisis faktorfaktor dalam kegiatan budidaya udang windu dilihat dari tingkat produktivitasnya dan dikaitkan dengan fungsi produktivitas rata-rata dan variance secara signifikan pada komoditas udang windu. Penelitian dilakukan di Desa Pusakajaya Utara, Kabupaten Karawang yang dilaksanakan pada Bulan Mei hingga Juli 2011. Jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak 30 responden yang dilakukan dengan cara judgment sampling yaitu sampel diambil berdasarkan referensi dari wakil desa yang mengetahui secara lebih jelas mengenai data petambak udang windu yang ada di Desa Pusakajaya Utara. Selanjutnya data yang diambil adalah data panel (cross section dan time series) dengan dua siklus penebaran udang windu di tahun 2010. Model yang digunakan adalah Garch (1,1). Pengolahan data dilakukan dengan Minitab versi 14, Eviews seri 6, Microsoft Excel 2010. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan ada lima variabel yang mempengaruhi produktivitas udang windu. Kelima variabel tersebut, antara lain : benur, pupuk urea, obat-obatan, saponin dan tenaga kerja. Dalam fungsi produktivitas rata-rata, variabel yang dapat mengurangi produktivitas dalam usaha budidaya udang windu adalah variabel pupuk urea. Sedangkan variabel yang dapat meningkatkan produktivitas udang windu, antara lain variabel benur, obat-obatan, saponin dan tenaga kerja. Untuk variabel pupuk urea dan obat-obatan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas udang windu. Sedangkan untuk fungsi varians ditunjukkan oleh variabel obat-obatan yang dapat menimbulkan risiko yang ada serta variabel-variabel, seperti benur, pupuk urea, saponin dan tenaga kerja dapat mengurangi risiko yang ada. Data yang ada di lapangan menunjukkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas (VIF < 10), artinya kondisi dimana terdapat hubungan linier diantara variabel independent. Hasil olahan data juga menunjukkan bahwa data yang ada menunjukkan homoskedastisitas, yaitu data yang ada tidak berpola dan berdasarkan pengujian Durbin Watson menunjukkan bahwa hasil yang di dapat melebih 1 atau mendekati 2 yang berarti data menyebar normal. R2 yang di dapat juga cukup bagus, yaitu 64,22 persen yang berarti 64,22 persen dari keragaman atau variasi produksi dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh model, sedangkan sisanya sebesar 35,78 persen dapat dijelaskan oleh komponen error. Nilai R2 dari model tersebut sudah mampu menjelaskan pengaruh penggunaan input-input yang dibutuhkan pada budidaya udang windu terhadap produksi dan pengaruh risiko produksi musim sebelumnya terhadap risiko produksi musim tertentu. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa fungsi produktivitas rata-rata, variabel pupuk urea (X2) dapat menurunkan produktivitas udang windu jika pupuk urea diberikan dalam jumlah yang banyak dan variabel lainnya, seperti benur (X1), obat-obatan (X3), saponin (X4) dan tenaga kerja (X5) dapat meningkatkan produktivitas udang windu jika jumlah input variabel-variabel tersebut ditambahkan. Untuk fungsi varians produktivitas menunjukkan bahwa variabel obat-obatan (X3) dapat menimbulkan risiko dalam usaha budidaya udang windu sedangkan sisanya, yaitu variabel benur (X1), pupuk urea (X2), saponin (X4) dan tenaga kerja (X5) dapat mengurangi risiko yang akan terjadi dalam usaha ini. Saran yang sebaiknya dilakukan oleh petambak udang windu, antara lain dengan memperhatikan dengan baik dosis pemberian pupuk urea ke dalam tambak karena jika pemberian pupuk urea tidak sesuai (terlalu sedikit atau terlalu banyak) akan menyebabkan kondisi lingkungan tambak tidak seimbang. Pemberian pupuk urea yang optimal berkisar antara 75-150 kg per ha dan harus tetap melihat kondisi tambak yang ada. Sedangkan dosis obat-obatan yang seharusnya diberikan sekitar 20 kg per ha dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan tambak. Obat-obatan dapat meningkatkan daya tahan tubuh udang selama budidaya berlangsung dan jika pemberian ini terlalu banyak akan menimbulkan risiko karena daya tahan tubuh udang semakin menurun.
Collections
- UT - Agribusiness [4254]