Profile of Instant Noodle which are distributed among Five Largest Consumer Country in Asia
Profil Mi Instan yang Beredar di Lima Negara Konsumen terbesar di Asia
Abstract
The objective of this research is determine the trend of consumption of instant noodles in China, Japan, South Korea and Vietnam than in Indonesia based on the age, gender, lifestage, income complexities individualism, sensory, comfort, connectivity, convenience and health. Mega trends of instant noodles in the five largest major consuming countries of Asia have in common is the tendency of convenience as provided for in the affirmation of time/speed, microwaveable, easy to use and on the go product. In Indonesia, besides trend of convenience, halal claim is the main thing in all instant noodle products. This has similarities with instant noodles that circulate in Vietnam. Trend’s second-largest is the trend of health. The similarity of health trends in the five countries consuming the largest instant noodle is no additives/preservatives, with the addition of vitamins and minerals. Health trend in China and Japan is more complex as the claims are added calcium, low/no/reduced calorie, organic, low/no/reduced sodium, low/no/reduced fat, high/added fiber, functional, low/no/reduced sugar and whole grains. Mega trends of gender, comfort and individualism are an emerging trend in the five largest consuming nation of instant noodles in Asia. Di tahun 2000 survey yang diadakan di Jepang mendapati bahwa mi instan merupakan temuan yang paling penting di abad ini. Menurut World Instant Noodles Association, negara-negara di Asialah yang menempati peringkat tertinggi dalam pembuatan dan konsumsi mi instan. Di tahun 2005, 85 miliar bungkus mi instan dikonsumsi di seluruh dunia. China menempati peringkat pertama dalam konsumsi dan produksi mi instan yaitu kira-kira 50 miliar bungkus, Indonesia menempati peringkat kedua yaitu mencapai 15 miliar bungkus, setelah itu diikuti oleh Jepang sekitar 6 miliar bungkus. Namun konsumsi mi instan per kapita tertinggi diraih oleh penduduk Korea Selatan yaitu 69 bungkus/orang/tahun. Sedangkan Indonesia menempati urutan kedua dalam konsumsi mi instan per kapita yaitu 58 bungkus/orang/tahun. Sepuluh mega-trends yang dipercaya Datamonitor (2010) akan mempengaruhi keberhasilan produk pangan baru dan pelayanan adalah usia, jenis kelamin, kompleksitas pendapatan, kepribadian, sensori, kepraktisan, keterkaitan, tingkat sosial, hiburan dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji trend konsumsi mi instan di Cina, Jepang, Korea Selatan dan Vietnam dibandingkan dengan di Indonesia berdasarkan trend kepraktisan, kesehatan, kompleksitas usia, kompleksitas jenis kelamin, kompleksitas pendapatan, individualism dan sensori. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah beberapa data sekunder yang disubscribe perusahaan PT Givaudan Indonesia melalui Euromonitor, Mintel, Datamonitor serta literatur yang terkait dengan mi instan dan perilaku megatrends di negara-negara Jepang, China, Indonesia, Korea dan Vietnam.
Collections
- MT - Professional Master [880]