Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) (Studi Kasus: Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Abstract
Jamur merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dapat memberikan kontribusi yang besar sebagai penyumbang devisa negara. Pemasaran jamur tidak hanya dilakukan untuk pasar domestik melainkan juga pasar luar negeri atau ekspor. Permintaan jamur di pasar domestik dan pasar luar negeri sangat besar dan terus meningkat, namun tingginya permintaan akan jamur tersebut tidak diiringi dengan jumlah produksi yang mencukupi. Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur yang cukup dikenal dan digemari oleh masyarakat. Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu penghasil jamur tiram di Pulau Jawa. Wilayah Bogor memiliki kondisi alam yang cocok bagi pertumbuhan jamur tiram dan Kecamatan Cisarua merupakan daerah yang memiliki jumlah baglog dan produksi jamur tiram putih tertinggi serta produktivitas jamur tiram putih yang cukup tinggi di Kabupaten Bogor. Prospek pasar yang tinggi tersebut akan merangsang pengusaha untuk menekuni atau meningkatkan produksi budidaya jamur tiram putih. Saat ini pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan menerima permintaan log jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar yang cukup besar, namun permintaan tersebut belum dapat dipenuhi secara keseluruhan. Hal tersebut menyebabkan pelaku usaha akan melakukan pengembangan usaha dengan meningkatkan skala usahanya. Pengembangan usaha tersebut dilakukan dengan menggunakan modal sendiri. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari bagaimana kelayakan pengusahaan dalam usaha jamur tiram putih tersebut pada tiga skenario yang merupakan tiga kegiatan pengembangan usaha yang akan dilakukan pelaku usaha, yaitu skenario I (hanya menjual log jamur tiram putih), skenario II (membeli log untuk budidaya jamur tiram putih), dan skenario III (membuat log jamur tiram putih untuk dijual dan dibudidaya). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi budaya, dan aspek lingkungan, menganalisis kelayakan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dari aspek finansial pada ketiga skenario, dan menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan jika terjadi penurunan harga jual log jamur tiram putih, penurunan harga jual jamur tiram putih segar, dan peningkatan biaya variabel. Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan secara langsung hanya pada tiga pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dikarenakan ketiga pelaku usaha tersebut telah menggambarkan ketiga skenario yang dilakukan dan memiliki informasi yang lengkap. Data sekunder didapatkan dari laporan yang telah dipublikasikan maupun laporan yang tidak dipublikasikan dari berbagai bersumber. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi langsung di iii lokasi penelitian, yakni dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung serta melalui penelurusan pustaka ataupun literatur. Data dan informasi yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif yang diolah dengan menggunakan bantuan komputer, yakni program Microsoft Excel 2010. Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk menilai kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih secara finansial. Penilaian kelayakan secara finansial dilakukan dengan melakukan perhitungan kriteria investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Selain itu, dilakukan juga analisis switching value (nilai pengganti) untuk mencari perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar usaha masih dapat dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal. Aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi budaya, dan aspek lingkungan menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan usaha jamur tiram putih ini memiliki peluang pasar yang tinggi, kondisi iklim lokasi yang cocok untuk usaha jamur tiram putih, sarana prasarana usaha yang memadai serta usaha jamur tiram putih ini memberikan dampak yang baik secara sosial ekonomi budaya dan lingkungan sekitar usaha. Berdasarkan aspek finansial, kriteria kelayakan investasi usaha jamur tiram putih menunjukkan bahwa ketiga skenario yaitu skenario I (menjual log jamur tiram putih), skenario II (membeli log jamur tiram putih), dan skenario III (menjual log dan jamur tiram putih segar) layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan ketiga skenario memiliki nilai NPV lebih besar dari nol, nilai Net B/C lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari discount rate yang digunakan dan payback period berada sebelum umur usaha berakhir. Skenario I menghasilkan kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp 708.104.697,01, nilai Net B/C sebesar 2,32, nilai IRR 45 persen, dan PP selama 3 tahun, 6 bulan, 29 hari. Skenario II menghasilkan kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp 403.502.827,98, nilai Net B/C sebesar 1,69, nilai IRR 27 persen, dan PP selama 4 tahun, 3 bulan, 11 hari. Skenario III menghasilkan kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp 2.095.013.894,70, nilai Net B/C sebesar 2,77, nilai IRR 59 persen, dan PP selama 2 tahun, 10 bulan, 6 hari. Analisis switching value yang dilakukan pada ketiga skenario diperoleh dua parameter untuk skenario I dan skenario II dan tiga parameter untuk skenario III. Pada skenario I perubahan terhadap parameter penurunan harga jual log jamur tiram putih sebesar 22,97 persen lebih sensitif dibandingkan perubahan parameter peningkatan biaya variabel sebesar 35,41 persen. Pada skenario II perubahan terhadap parameter penurunan harga jual jamur tiram putih segar sebesar 14,14 persen lebih sensitif dibandingkan perubahan parameter peningkatan biaya variabel sebesar 20,32 persen. Pada skenario III perubahan terhadap parameter penurunan harga jual jamur tiram putih segar sebesar 53,28 persen lebih sensitif dibandingkan perubahan parameter peningkatan biaya variabel sebesar 68,14 persen dan perubahan parameter penurunan harga jual log jamur tiram putih sebesar 94,18 persen. Presentase terhadap parameter-parameter tersebut merupakan presentase maksimum yang dapat ditolerir pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan agar usaha tetap layak untuk dijalankan.
Collections
- UT - Agribusiness [4618]