Management of mud crab (Scylla olivacea) at mangrove ecosystem in coastal subdistrict East Sinjai, Sinjai Regency, South Sulawesi.
Pengelolaan sumberdaya kepiting bakau (Scylla olivacea) pada ekosistem mangrove di Perairan Pesisir Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan
Date
2011Author
Chadijah, Andi
Wardiatno, Yusli
Sulistiono
Boer, Mennofatria
Syah, Dahrul
Metadata
Show full item recordAbstract
Sinjai Subdistrict is one of the coastal district area located in Sinjai Regency, South Sulawesi. The region has a fairly extensive mangrove and crab potential of 62,36 tonnes in 2010 for local and export market. The objectives of this research were 1) to identify mangrove ecosystem status in Tongke-tongke and Samataring villanges, 2) to identify bioecological status resource of mud crab (S. olivacea) in the Tonngke-tongke and Samataring villanges, 3) Formulate management strategy of the mud crab to ensure the sustainability of its utilization. The data was collected since February to May 2010. Mud crab’s bioecology status was analyzed using by calculating the growth parameters and prediction of the mortality and exploitation rate of the mud crab using FISAT II software programme. Sustainability analysis was done by using multidimensional scalling approach of Rapfish method. Result of the study show mangrove density both of location was very good, which was between 4.925-9.667 tree/ha. Explotation rate status of the mud crab was exceed the optimum limit but still slight below the allowed of exploitation which was between 0,75-0,81/year. The results obtained for the management of the four dimensions which is value of ecological status that sustainable in management was 50,06% and, while in the value of economic social and institutional dimension status which was less sustainable in management were 49,00%, 30,23% and 40,84%, respectively. Kepiting bakau (Scylla olivacea) merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang bernilai ekonomis penting yang banyak diminati oleh masyarakat. Harga kepiting bakau yang cukup mahal membuat nelayan banyak tergiur untuk menangkap dan membudidayakan kepiting ini. Volume produksi kepiting bakau di Kabupaten Sinjai meningkat dari 39 ton pada tahun 2009 menjadi 62,36 ton pada tahun 2010 dengan lokasi pemasaran lokal dan ekspor. Penelitian pengelolaan sumberdaya kepiting bakau (scylla olivacea) dilakukan di wilayah perairan mangrove Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan sejak Februari sampai dengan Mei 2011. Penelitian bertujuan untuk 1) mengidentifikasi kondisi ekosistem mangrove, 2) menganalisis beberapa aspek bioekologi kepiting bakau (S.olivacea) serta 3) merumuskan strategi pengelolaan kepiting bakau secara berkelanjutan. Pengumpulan kepiting bakau diperoleh dari hasil tangkapan kepiting bakau pada dua lokasi penelitian. Data biologi kepiting bakau dianalisis dengan menggunakan program FISAT-II. Analisis keberlanjutan menggunakan pendekatan multidimensional scaling dengan metode Rapfish. Hasil penelitian kondisi ekobiologi kepiting bakau menunjukkan pola pertumbuhan kepiting bakau baik jantan maupun betina adalah bersifat isometrik (pertambahan lebar karapas sama dengan pertambahan bobot). Koefisen pertumbuhan kepiting bakau (S.olivecea) berkisar antara 0,920- 0,870. Sebaran ukuran kepiting bakau yang tertangkap selama penelitian adalah 48-120 mm untuk jantan dan 58-138 mm untuk betina. Rasio kelamain antara jantan dan betina yang tertangkap adalah tidak signifikan dari 1:1. Berdasarkan kondisi biologi kepiting bakau (S.olivacea) yang digunakan dengan menggunakan metode analitik, diketahui bahwa penangkapan kepiting bakau sudah berada diatas laju ekpsloitasi maksimal yakni sebesar 0,6
Collections
- MT - Fisheries [2934]