Evaluasi Kualitas dan Produktivitas Lahan Kering Terdegradasi di Daerah Transmigrasi WPP VII Rengat Kabupaten Indragiri Hulu, Riau
Evaluation of quality and productivity of degraded upland of WPP VII Rengat Transmigration Area, Indragiri Hulu Regency, Riau
Abstract
Pertanian di lalian usaha oleh para transmigran di seluiuh SKP E dari H WPP VII Rengat umumnya dilakukan tanpa masukan dan mengabaikan azas konservasi tanah, sehingga beresiko tinggi terjadi degradasi lahan dan penurunan kualitas lahannya. Cara bertani seperti ini menyebabkan lahan nienyala~ni penurunan produktivitas sehingga usahatani tidak menguntungkan lagi, dan selanjutnya ditinggalkan bera. Rataan produksi padi per hektar per panen pada tahun keempat hanya 300 kg gabah kering panen Produksi yang demikian rendah tidak memungkinkan petani untuk meneruskan pertanian pada lahan usaha mereka Mereka terpaksa mencari lahan yang baru yang masih subur dengan membuka lahan hutan. Generally, transmigrant land utilization system in the whole WPP VII Rengat SKP and H was carried out without production input and land conservation management, so it resulted in high erosion risk situation. In this system land could only be cultivated for four years and then reverted to imperata grasses (alang-alang), due to production decreasing over the land use duration. The average upland rice yield in fourth year was only 300 kg husk rice per hectare per season. Due to this low yield, the transmigrants could not continued to cultivate their land anymore. They have to look for more fertilize land. They did this by clearing second utilization land (LU II), or cutting the forest.
Collections
- DT - Agriculture [752]