Kearifan Lokal dalam Perburuan Satwa Liar Suku Dayak Kenyah di Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur
Local Wisdom in Wildlife Hunting of Dayak Kenyah in Kayan Mentarang National Park, East Kalimantan.
Abstract
Hunting is one of important activities for subsistence and human adaptation to natural resources for communities around the forest who depend on forests. The study was conducted to explore the indigenous Dayak Kenyah of about local wisdom of wildlife hunting and its utilization in daily life around the Kayan Mentarang National Park, Malinau District, East Kalimantan. The results of this study are expected as a written documentation of the Dayak Kenyah’s local wisdom of wildlife hunting so it can continue transmitted to subsequent generations. It is also as input for wildlife management in Kayan Mentarang National Park. This research implemented in Long Alango village, Bahau Hulu district, Malinau, East Kalimantan, during March-April 2011. Data collecting method was interview to key informant who deliberately appointed (purposive sampling). The selected respondents were key informant who considered know relevant information about this research. Then, datas were processed by triangulation method, tabulatif presented and analysed descriptively. Results of the research indicated that the main motivation of hunting was as fulfillment for protein requirements. Hunting was allowed only for local communities who had long dependency on forest. Main game animals included bearded pig (Sus barbatus), sambar deer (Cervus unicolor), barking deer (Muntiacus muntjak) and lesser mouse-deer (Tragulus javanicus). Local wisdoms in wildlife hunting Dayak Kenyah include: prohibition of killing wildlife in the forest without clear purposes, pig hunting ban in the area where it will migrate, selection of game animals and use of some natural phenomenas which help them on wildlife hunting. Skills of hunting heritage is transmitted to subsequent generations orally and directly practice in the forest. Use of wild animals as the main source of protein needs. Another utilisation are additional use, such as traditional medicine (16 specieses), jewellery, ceremonies, handicrafts (8 specieses) and other food products (3 specieses). Berburu merupakan salah satu kegiatan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup serta suatu bentuk dari penyesuaian diri manusia terhadap sumberdaya alam bagi masyarakat sekitar hutan yang menggantungkan hidupnya terhadap hutan. Penelitian ini dilaksanakan untuk menggali kearifan lokal masyarakat Suku Dayak Kenyah tentang perburuan satwa liar dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bentuk dokumentasi tertulis kearifan lokal Suku Dayak Kenyah terkait perburuan satwa liar sehingga dapat terus diwariskan kepada generasi berikutnya, serta bahan masukan pengelolaan satwa liar bagi Taman Nasional Kayan Mentarang. Penelitian dilakukan di Desa Long Alango, Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau, pada bulan Maret- April 2011. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara mendalam kepada responden yang telah ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Orang-orang yang dipilih ini merupakan informan kunci yang dianggap banyak mengetahui tentang kajian penelitian ini. Data yang diperoleh diolah dengan metode triangulasi, disajikan secara tabulatif dan dianalisis secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi utama kegiatan perburuan adalah sebagai pemenuhan kebutuhan protein. Kegiatan perburuan hanya diizinkan bagi masyarakat lokal yang memang sejak dahulu menggantungkan hidupnya pada hutan. Satwa buruan utama adalah babi berjenggot (Sus barbatus), rusa sambar (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak) dan pelanduk kancil (Tragulus javanicus). Kearifan lokal dalam berburu masyarakat lokal Suku Dayak Kenyah antara lain : larangan membunuh satwa liar di dalam hutan tanpa tujuan yang jelas, larangan berburu di daerah asal babi akan bermigrasi, pemilihan satwa buruan dan pemanfaatan beberapa gejala alam untuk berburu satwa liar. Pewarisan keterampilan berburu dilakukan kepada generasi berikutnya secara lisan dan praktik secara langsung di dalam hutan. Pemanfaatan satwa liar utama sebagai pemenuhan kebutuhan sumber protein, selain itu merupakan pemanfaatan sebagai obat (16 jenis), hiasan, upacara adat, kerajinan tangan (8 jenis) dan pemanfaatan bahan makanan lain (3 jenis).