Estimasi kandungan karbon tegakan akasia (acacia crassicarpa a. Cunn ex. Benth) dalam Hutan tanaman industri di lahan gambut bekas terbakar. Studi kasus di areal iuphhk-ht pt. Sba wood industries
Estimation of Carbon Sink otential on Akasia (Acacia crassicarpa Cunn Ex.Benth) Stand in Industrial Forest on The Burnt Peat Land, A Case Study in IUPHHK-HT Area of PT. SBA Wood Industries
Abstract
PENDAHULUAN. Ekosistem hutan dapat membantu mengurangi konsentrasi C di atmosfir melalui proses fotosintesis. CO2 di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disekuestrasi dalam organ tumbuhan seperti batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buah. Sehingga dengan mengukur jumlah C yang disimpan dalam biomassa pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang mampu diserap tumbuhan. Estimasi kandungan karbon yang tepat pada areal hutan, khususnya hutan gambut, sangat dibutuhkan dalam berbagai aplikasi kehutanan dan hubungannya dengan siklus global karbon. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di areal lahan gambut IUPHHK-HT PT. SBA Wood Industries, selama bulan April hingga Mei 2011. Areal yang dipilih adalah hutan tanaman Acacia crassicarpa pada petak low stocking dan high stocking. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah hutan tanaman Acacia crassicarpa berumur 3 tahun pada masing-masing petak penelitian. Alat-alat yang digunakan adalah kompas, pita meter, alat pengukur tinggi, kertas label, tali rafia, kantong plastik, golok, timbangan, oven, alat dokumentasi, alat tulis, dan tally sheet. Pada masing-masing lokasi penelitian dibuat 5 petak seluas 20 m x 20 m untuk pengukuran tegakan, dengan 4 subpetak berukuran 2 m x 2 m di dalam setiap sudut petak untuk analisis dan pengambilan vegetasi tumbuhan bawah dan serasah. Data-data yang diperoleh diolah melalui pendekatan biomassa kemudian dikonversi menjadi simpanan karbon dalam ton/ha. Untuk mengetahui faktor vegetasi (tegakan, tumbuhan bawah, dan serasah) yang berpengaruh terhadap simpanan karbon pada masing-masing petak penelitian, digunakan analisis dengan menggunakan ANOVA dan uji lanjut Least Significant Difference (LSD). HASIL DAN PEMBAHASAN. Estimasi kandungan karbon pada petak low stocking adalah 28,99 ton/ha, sedangkan pada petak high stocking adalah sebesar 131,84 ton/ha. Perbedaan stok tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan kualitas tempat tumbuh pada masing-masing petak yang berlainan. Analisis statistik menggunakan ANOVA menunjukkan nilai R-sq = 84,37% pada petak low stocking dan R-sq = 99,87% pada petak high stocking dengan masing-masing taraf nyata 5% berarti terdapat perbedaan potensi karbon pada salah satu variabel vegetasi, yaitu tegakan, yang berpengaruh nyata terhadap potensi simpanan karbon total suatu petak tertentu. KESIMPULAN. Potensi kandungan karbon tegakan pada masing-masing petak menyumbangkan potensi kandungan karbon terbesar dalam suatu petak. Oleh karena itu manajemen penanaman yang baik serta pemilihan tempat tumbuh yang tepat diperlukan agar perbedaan kualitas tempat tumbuh tidak mempengaruhi pertumbuhan biomassa suatu tegakan yang berbanding lurus dengan kandungan karbon yang mampu diserapnya. PENDAHULUAN. Ekosistem hutan dapat membantu mengurangi konsentrasi C di atmosfir melalui proses fotosintesis. CO2 di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disekuestrasi dalam organ tumbuhan seperti batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buah. Sehingga dengan mengukur jumlah C yang disimpan dalam biomassa pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang mampu diserap tumbuhan. Estimasi kandungan karbon yang tepat pada areal hutan, khususnya hutan gambut, sangat dibutuhkan dalam berbagai aplikasi kehutanan dan hubungannya dengan siklus global karbon. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di areal lahan gambut IUPHHK-HT PT. SBA Wood Industries, selama bulan April hingga Mei 2011. Areal yang dipilih adalah hutan tanaman Acacia crassicarpa pada petak low stocking dan high stocking. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah hutan tanaman Acacia crassicarpa berumur 3 tahun pada masing-masing petak penelitian. Alat-alat yang digunakan adalah kompas, pita meter, alat pengukur tinggi, kertas label, tali rafia, kantong plastik, golok, timbangan, oven, alat dokumentasi, alat tulis, dan tally sheet. Pada masing-masing lokasi penelitian dibuat 5 petak seluas 20 m x 20 m untuk pengukuran tegakan, dengan 4 subpetak berukuran 2 m x 2 m di dalam setiap sudut petak untuk analisis dan pengambilan vegetasi tumbuhan bawah dan serasah. Data-data yang diperoleh diolah melalui pendekatan biomassa kemudian dikonversi menjadi simpanan karbon dalam ton/ha. Untuk mengetahui faktor vegetasi (tegakan, tumbuhan bawah, dan serasah) yang berpengaruh terhadap simpanan karbon pada masing-masing petak penelitian, digunakan analisis dengan menggunakan ANOVA dan uji lanjut Least Significant Difference (LSD). HASIL DAN PEMBAHASAN. Estimasi kandungan karbon pada petak low stocking adalah 28,99 ton/ha, sedangkan pada petak high stocking adalah sebesar 131,84 ton/ha. Perbedaan stok tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan kualitas tempat tumbuh pada masing-masing petak yang berlainan. Analisis statistik menggunakan ANOVA menunjukkan nilai R-sq = 84,37% pada petak low stocking dan R-sq = 99,87% pada petak high stocking dengan masing-masing taraf nyata 5% berarti terdapat perbedaan potensi karbon pada salah satu variabel vegetasi, yaitu tegakan, yang berpengaruh nyata terhadap potensi simpanan karbon total suatu petak tertentu. KESIMPULAN. Potensi kandungan karbon tegakan pada masing-masing petak menyumbangkan potensi kandungan karbon terbesar dalam suatu petak. Oleh karena itu manajemen penanaman yang baik serta pemilihan tempat tumbuh yang tepat diperlukan agar perbedaan kualitas tempat tumbuh tidak mempengaruhi pertumbuhan biomassa suatu tegakan yang berbanding lurus dengan kandungan karbon yang mampu diserapnya.
Collections
- UT - Silviculture [1360]