Penilaian kualitas susu sapi berdasarkan jumlah total mikroorganisme, escherichia coli dan staphylococcus aureus di Kabupaten Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, dan Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat
The Observation of Cow Milk Quality in Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, and Tasikmalaya, West Java Province based on Total Plate Count, Escherichia coli and Staphylococcus aureus.
Date
2011Author
Darmansah, Inda
Sudarwanto Mirnawati B.
Pisestyani,Herwin
Metadata
Show full item recordAbstract
The microbial quality of milk was done by evaluating 25 bulk milk samples from dairy farm in five districts in West Java, including Bogor, Bandung, Cianjur, Tasikmalaya and Sumedang. The quality of each samples were evaluated by estimating the Total Plate Count (TPC), Escherichia coli Count, and Staphylococcus aureus Count. The result showed that 2 from 25 (8%) samples of TPC, 25 samples (100%) of S. aureus, and the number of E. coli contamination (100%) were not meet requirements of the standards (SNI). Overall, milk in West Java has not met the standards. These contamination bacteria may cause problems due to improper handling and processing of milk. Therefore there is need efforts to improve hygiene and sanitation practices on the farm in several districts in West Java for improving the quality of milk. Susu segar merupakan makanan yang hampir sempurna karena kandungan gizinya yang lengkap. Susu selain bermanfaat untuk kesehatan manusia juga disukai oleh mikroorganisme. Mikroorganisme penting yang dapat mencemari susu dan produknya, antara lain Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Keberadaan kedua bakteri patogen dalam susu tersebut muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan memberikan penilaian terhadap kualitas susu sapi pada susu segar yang berasal dari lima kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Penilaian kualitas susu sapi dilakukan dengan menguji 25 sampel susu kandang dari peternakan sapi perah di lima kabupaten di Jawa Barat, diantaranya Bogor, Bandung, Cianjur, Tasikmalaya dan Sumedang. Kualitas dari setiap sampel diuji dengan menghitung jumlah total mikroorganisme (TPC), jumlah Escherichia coli, dan jumlah Staphylococcus aureus. Pengujian TPC dan S. aureus dilakukan dengan metode hitungan cawan (plate count method) dengan cara tuang (pour plate method) sedangkan jumlah E. coli diuji menggunakan metode most probable number (MPN) dengan tiga tabung. Hasil uji menunjukkan bahwa jumlah total mikroorganisme 2 dari 25 (8%) sampel melebihi ketetapan SNI no.3141.1 2011 tentang Susu Segar, yaitu sampel yang berasal dari Kabupaten Bogor (1.9 x 106 cfu/ml) dan Cianjur (1.3 x 107 cfu/ml). Hasil penghitungan jumlah MPN E. coli didapatkan seluruh sampel 100% (25/25) melebihi ketetapan SNI no.3788:2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Rataan jumlah MPN E. coli adalah 30 MPN/ml. Cemaran S. aureus pada seluruh sampel 100% (25/25) sangat tinggi melebihi batas yang diperbolehkan dalam SNI. Rataan jumlah S. aureus adalah 1.2 x 105 cfu/ml. Tingginya rataan jumlah total mikroorganisme, jumlah E. coli dan S. aureus pada susu segar merupakan indikator praktik higiene dan sanitasi yang buruk di peternakan. Secara keseluruhan, susu segar di Jawa Barat belum memenuhi standar. Cemaran mikroorganisme dalam susu terjadi karena penanganan dan pengolahan susu yang tidak tepat. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan praktik higiene dan sanitasi pada peternakan di beberapa kabupaten di Jawa Barat untuk meningkatkan kualitas susu.