Keberadaan Salmonella spp. Pada Daging Sapi Dan Ayam Yang Dijual Di Pasar-Pasar Di Provinsi Jawa Barat
Abstract
Sejak tahun 1990 foodborne disease muncul menjadi masalah penting dan terus berkembang dalam kesehatan masyarakat dan ekonomi di beberapa negara (Signorini & Flores-Luna 2010). WHO memperkirakan 1.3 miliar kasus diare per tahun terkait dengan non-tifoid salmonelosis dan menyebabkan kematian 3 juta manusia setiap tahunnya (Maripandi & Al-Salamah 2010). Berdasarkan data statistik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjennak Keswan 2009), tahun 2008 jumlah produksi daging sapi Provinsi Jawa Barat (70010 ekor) menempati urutan kedua terbanyak setelah Provinsi Jawa Timur (85173 ekor) dan untuk produksi daging ayam Provinsi Jawa Barat (335151 ekor) menempati urutan pertama. Konsumsi daging sapi dan daging ayam per kapita per minggu di Provinsi Jawa Barat tahun 2008 berturutturut sebanyak 0.007 kg dan 0.073 kg. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberadaan cemaran Salmonella pada daging sapi dan ayam di pasar-pasar di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2009 sampai dengan Oktober 2009. Sampel daging sapi dan ayam diambil dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat, yaitu Kota Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Cirebon, dan Kabupaten Indramayu. Pengujian presumtif Salmonella dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) dan pengujian serologis (konfirmasi) dilakukan di Balai Besar Penelitian Veteriner (BBALITVET) Bogor. Jumlah sampel ditentukan secara purposif di pasar dari setiap kabupaten/kota, yaitu masing-masing dua sampel daging sapi dan tiga sampel daging ayam dari setiap kabupaten/kota. Jumlah keseluruhan sampel yang diperiksa sebanyak 24 sampel daging sapi dan 36 sampel daging ayam. Berat sampel daging sapi yang diambil minimum 300 gram dan sampel daging ayam setengah karkas. Setiap sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik steril, kemudian kantong plastik diberi label dan disimpan dalam cool box berisi es. Sampel diuji maksimum 24 jam setelah pengambilan. Pengujian Salmonella di laboratorium dilakukan dengan metode isolasi dan identifikasi menurut the Compendium of Methods for the Microbiological Examination of Foods (Andrews et al. 2001). Metode ini terdiri atas lima tahap, yaitu pre-enrichment, selective enrichment, pemupukan pada media selektif, pengujian biokimia, dan pengujian serologis. Hasil pengujian menunjukkan bahwa keberadaan Salmonella pada daging sapi dan daging ayam yang dijual di pasar-pasar di Provinsi Jawa Barat adalah berturut-turut 54.2% (13/24 sampel) dan 66.7% (24/36 sampel). Cemaran Salmonella lebih banyak ditemukan pada daging ayam dibandingkan dengan daging sapi. Salmonella pada daging sapi ditemukan di Kota Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bogor, Kota Sukabumi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sumedang, sedangkan di Kota Bogor dan Kabupaten Tasikmalaya tidak ditemukan. Salmonella pada daging ayam ditemukan di Kota Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Tasikmalaya, sedangkan di Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sumedang tidak ditemukan. Tingkat pencemaran Salmonella pada daging yang cukup tinggi dapat menjadi ancaman kesehatan masyarakat.