Kompetensi Tingkat Kematangan Oosit Domba Yang Dimatangkan Pada TCM 199 Dan MEM Eagle In Vitro
Abstract
Penelitian dilakukan untuk mengetahui kompetensi tingkat kematangan oosit domba yang dimatangkan pada 2 medium yang berbeda. Medium pertama adalah Tissue Culture Medium 199 dan medium kedua adalah Minimum Essential Medium Eagle. Masing-masing medium disuplementasi dengan 10 % FBS, 10 IU/ml Folligon®, 50 1 pg/ml gentamycin dan 1 pg/ml 17 p-estradiol. Materi pene1itian ini adalah oosit domba yang diambil dari pasar tradisional (pasar Boger) setelah terpapar di udara ± 4 jam. Sejumlah 97 ovarium dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Kelompok I oosit dimatangkan dalam TCM 199, sedangkan kelompok II oosit dimatangkan dalam MEM Eagle dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Hanya oosit dengan sel-sel kumulus dan sitoplasma yang kompak yang digunakan untuk penelitian ini dengan jumlah oosit pada setiap ulangan 20-25. Proses pematangan dilakukan selama 24 jam pada inkubator CO2 5 % dengan kelembaban maksimum. Pengamatan dilakukan dengan melihat kemampuan pematangan yang dinilai berdasarkan keadaan ekspansi sel-sel kumulus dan transformasi inti oosit. Derajat ekspansi sel-sel kumulus dan tingkat kematangan inti pada kedua medium diuji secara statistik menggunakan uji-T dengan selang kepercayaan 95 % Hasil penelitian menunjukkan bahwajumlah sel-sel kumulus yang terekspansi sempuma setelah dimatangkan pada kedua medium yang berbeda, menunjukkan hasil yang tidak. berbeda oyata P > 0,05 yaitu 72,00 % pada TCM 199 dan 69,60 % pada MEM Eagle. Jumlah oosit yang mencapai tahap Metaphase II pada kedua medium menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata P > 0,05 dengan persentase 64,71 % pada TCM 199 dan 65,52 % pada MEM Eagle. Hal ini menunjukkan bahwa oosit yang dikoleksi dari ovarium yang diambil dari pasar masih memungkinkan dilakukan proses pematangan in vitro. Hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa MEM Eagle dapat digunakan sebagai medium altematif pada proses pematangan oosit domba in vitro.