Tingkat Pemanfaatan Dan Kehilangan Kayu Sortimen Kayu Pertukangan Pada Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Acacia mangium Wild (Studi Kasus di HPHTI PT. Inhutani II, Pulau Laut - Kalimantan Selatan)
Abstract
Kebutuhan industri kehutanan akan kayu bulat sangat besar, hal ini dapat dilihat dari kebutuhan bahan baku untuk industri perkayuan. Kemampuan produksi (supply) hutan Indonesia sebesar 17 juta m3/tahun, sedangkan kebutuhan (demand) bahan baku untuk industri perkayuan diperkirakan antara 76 juta m3)/tahun sampai 80 juta m3/tahun (Forest Watch Indonesia, 2003). Data tersebut menunjukan bahwa kebutuhan kayu bulat untuk industri pengolahan kayu tidak dapat lagi dipenuhi (over capacity). Kondisi ini dapat mengancam kelestarian pengelolaan hutan di Indonesia. Penurunan supply bahan baku industri perkayuan dari hutan alam perlu diatasi dengan peningkatan supply dari sumber lain, salah satunya adalah dari Hutan Tanaman Industri (HTI). Hal ini penting dalam rangka mempertahankan pertumbuhan industri kehutanan yang sangat besar peranannya bagi pembangunan sosial-ekonomi nasional. Pembangunan HTI pada awalnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri pulp dan paper yaitu dengan menanam jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing species) seperti jenis Acacia mangium Wild dengan daur 7 tahun. Mengingat semakin sulitnya pasokan bahan baku kayu pertukangan dari hutan alam untuk industri moulding dan furniture serta tingginya harga jual kayu pertukangan dibanding kayu serat, maka HTI mulai merancang pembangunannya khusus untuk menghasilkan kayu pertukangan. Salah satunya. adalah PT. INHUTANI II Sub-Unit HTI Semaras, telah melakukan penanaman rotasi " sejak tahun 1996 khusus untuk menghasilkan kayu pertukangan jenis Acacia mangium Wild dengan daur 10 tahun. Kajian tehadap tingkat pemanfaatan dan tingkat kehilangan khusus kayu pertukangan jenis Acacia mangium Wild sangat diperlukan guna mendapatkan informasi mengenai tingkat pemanfaatan dan kehilangan kayu, baik di petak tebang maupun di logyard. Informasi ini dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap sistem pemanenan dan evaluasi terhadap efisiensi penggunaan bahan baku kayu guna pengembangan HTI kayu pertukangan. Tingkat pemanfaatan kayu di petak tebang dan logyard didasarkan pada kandungan cacat pada setiap sortimen kayu pertukangan. Jenis Cacat diidentifikasi mengacu pada petunjuk teknis pengukuran dan pengujian kayu bulat rimba yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan tahun 1993. Tingkat pemanfaatan di industri penggergajian (sawmill) didekati dengan perhitungan matematis sederhana, yaitu perhitungan rendemen penggergajian. Penelitian ini juga mengkaji besarnya nilai ekonomi kayu pertukangan yang hilang berdasarkan tingkat kehilangan kayu di tiga tempat penanganan kayu dan mendapatkan alternatif pilihan antara menjual kayu pertukangan dalam bentuk bulat atau dalam bentuk olahan /gergajian.
Collections
- UT - Forestry Products [2386]