Pendugaan Model Pertumbuhan Dan Sebaran Spasial Populasi Banteng Di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur
Abstract
Banteng merupakan spesies terancam punah (endangered) terdaftar dalam red data book IUCN (2003). Keberadaan banteng di Taman Nasional Alas Purwo diduga sedang mengalami penurunan populasi akibat adanya perburuan dan degradasi habitat. Fenomena yang terjadi di Taman Nasional Alas Purwo adalah pergerakan banteng dari kawasan taman nasional ke luar kawasan. Kawasan luar taman nasional merupakan kawasan penyangga (buffer zone) yang dikelola Perum Perhutani sebagai kawasan perkebunan, pertanian dan kawasan hutan produksi. Dengan diketahuinya pola pergerakan banteng oleh masyarakat di kawasan zona penyangga mengakibatkan tingginya perburuan banteng di kawasan tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan parameter demografi-banteng yang meliputi ukuran populasi, sex ratio, struktur umur, natalitas dan mortalitas, menduga model pertumbuhan populasi banteng, dan menentukan bentuk sebaran spasial populasi banteng di Taman Nasional Alas Purwo berdasarkan tipe ekosistem. Penelitian dilakukan di SKW I Rowobendo dan SKW II Muncar, Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan metode transek jalur (strip transect). Panjang transek ± 2 km lebar ± 200 m dengan jarak antar jalur ± 1 km. Parameter yang dicatat adalah jumlah individu dan komposisi kelas umur. Analisis vegetasi dilakukan pada jalur yang sama dengan jalur pengamatan dengan menggunakan metode garis berpetak. Analisis vegetasi pakan banteng dilakukan dengan menggunakan metode petak (quadrat sampling). Ukuran petak adalah 4 m2 dengan jumlah pengamatan sebanyak 10 petak. Penentuan petak awal secara acak selanjutnya petak diletakan secara sistematik dengan jarak antar petak adalah 10 m. Pendugaan produktivitas dan daya dukung dilakukan melalui kegiatan pemotongan rumput di padang penggembalaan sebanyak 10 petak contoh yang kemudian dilakukan penimbang berat segar rumput. Ukuran populasi banteng di TNAP pada tingkat kepercayaan 95% berkisar antara 588±152 ekor dengan kepadatan populasi sebesar 3,4 ekor/km2. Kepadatan banteng tertinggi terdapat di hutan tanaman dengan nilai sebesar 6,79 ekor/km2. Kepadatan populasi di setiap tipe ekosistem dipengaruhi oleh natalitas, mortalitas, imigrasi, dan emigrasi. Ukuran kelompok rata-rata di hutan tanaman adalah 2,5 ekor/kelompok, di hutan tanaman 5 ekor/kelompok, di hutan pantai 4 ekor/kelompok. Ukuran kelompok di setiap tipe ekosistem dipengaruhi oleh faktor makanan dan faktor pemangsaan sebagai strategi pertahanan diri. Struktur umur banteng di TNAP termasuk dalam keadaan populasi menurun dengan komposisi tertinggi pada kelas umur dewasa (80,77%) dan terendah individu anak (7,695). Banteng di TNAP memiliki perbandingan antara individu jantan dan betina sebesar 1 : 1,8 dengan perbandingan seks rasio reproduktif adalah 1 : 1,5. Angka kelahiran populasi banteng adalah 0,28 dengan fecundity 1 ekor untuk setiap tahunnya. Pendugaan angka kematian pada setiap kelas umur diperoleh dengan pendekatan peluang hidup setiap kelas umur, didapatkan angka kematian pada individu muda lebih besar dari pada individu anak, yaitu sebesar 0,76. Hal tersebut diduga karena individu muda mulai memisahkan diri dengan kelompok sosialnya dan membentuk kelompok sosial yang baru. Berdasarkan analisis uji chi square, pola penyebaran spasial populasi banteng di TNAP adalah mengelompok. Pola penyebaran di hutan dataran rendah dan hutan tanaman adalah acak, sedangkan di ekosistem hutan pantai adalah mengelompok. Pola penyebaran di setiap tipe ekosistem dipengaruhi oleh faktor sumberdaya (pakan, air, air garam) dan faktor pemangsaan. Berdasarkan data parameter demografi (seks rasio, struktur umur, natalitas dan mortalitas) diduga pertumbuhan populasi banteng di TNAP adalah menurun. Apabila dilakukan perbaikan terhadap seks rasio yaitu dengan penambahan individu betina sebanyak ±217 ekor, maka diduga model pertumbuhan populasi banteng di TNAP • Dalam hal ini, nilai daya dukung habitat adalah 4772 ekor, ukuran populasi awal adalah 588 ekor dan laju pertumbuhan adalah 0,093. Populasi mencapai daya dukung habitat pada tahun 2126.