Hubungan Antara Penyebaran Alami Bambu Betung (Dendrocalamus asper) Dengan Beberapa Sifat Tanah
Abstract
Bambu betung (Dendrocalamus asper) merupakan salah satu jenis bambu yang bersifat simpodial (merumpun). Selama ini bambu betung telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat maupun kalangan industri. Nilai produksi suatu vegetasi sangat tergantung pada tampilan dan tingkat pertumbuhannya, begitu pula bambu betung. Dilain pihak, tampilan dan tingkat pertumbuhan vegetasi dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh khususnya sifat -sifat tanah yang merupakan media tumbuh. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara penyebaran bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan beberapa sifat tanah. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Juli - Agustus 2005 yang berlokasi di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yaitu Cibodas, Bodogol dan Cimande. Penelitian ini dilakukan dengan membuat plot contoh sebanyak 30 plot dan diletakkan secara purposive. Bulan September - November 2005 dilakukan pengujian sifat tanah di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian IPB. Hasil data penelitian menghasilkan 4 persamaan regresi dengan 17 peubah X yang diolah dengan metode stepwise. Peubah Y yang dicari dalam persamaan tersebut adalah jumlah rumpun per plot, jumlah buluh per plot, luas rumpun per plot dan luas buluh per plot. Keempat persamaan tersebut menggambarkan sebaran bambu betung yang lebih cenderung dipengaruhi oleh peubah stoniness (kandungan batu) dibandingkan dengan peubah X lainnya. Kandungan batu juga diduga mempengaruhi luas rumpun per plot. Pernyataan ini terlihat dari persamaan Ln Y3 = 0.004 + 0.0375 X2 + 0.178 X5 - 0.698 X12 dengan nilai R2 = 41.7 %, dimana Y3= luas rumpun per plot, X2= kelerengan, X5= kandungan batu dan X12= kandungan K pada horizon A. Penelitian ini menemukan rumpun bambu betung (Dendrocalamus asper) pada selang ketinggian 840-1910 m dpl. Banyaknya jumlah rumpun bambu betung yang dapat ditemukan pada plot contoh, tidak diikuti dengan pertambahan jumlah maupun jenis vegetasi lain yang dapat ditemukan disekitar plot contoh. Hal ini menunjukkan rendahya tingkat asosiasi bambu betung terhadap vegetasi lain. Vegetasi lain yang ditemukan di sekitar plot contoh, lebih banyak berupa semak, liana dan spesies bambu lain yaitu bambu tali (Gigantochloa apus), bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinacea), bambu atter (Gigantochloa after). Sifat tanah yang mempengaruhi tingkat sebaran dan adaptasi bambu betung cenderung bersifat gembur dan berpasir. Data fisik maupun kimia tanah di lokasi pengamatan menunjukkan bahwa, Cibodas memiliki kondisi tanah yang lebih baik bila dibandingkan dengan lokasi Bodogol dan Cimande. Banyakuya buluh dalam satu rumpun yang ditemui pada plot dengan nilai kandungan batu tinggi, diduga memiliki keterkaitan dengan tipe perakaran bambu betung yang berbentuk akar rimpang, pendek dan besar. Tingginya kandungan batu mengakibatkan perkembangan rimpang terkonsentrasi pada pertumbuhan buluh sebagai anakan bambu betung. Analisis komponen utama menghasilkan 5 komponen pertama yang dapat menjelaskan 79.2 % keragaman dari data. Peubah yang berperan cukup nyata pada 3 komponen pertama tidak menunjukkan pola tertentu, namun lebih cenderung mengarah pada sifat fisik tanah yaitu tekstur. Kecenderungan ini terlihat dari munculnya faktor liat, kandungan pasir, kerapatan lindak, kandungan K, pH dan kandungan batu sebagai faktor yang memiliki peran besar dalam 3 komponen pertama.
Collections
- UT - Forest Management [3068]