Pengetahuan Masyarakat Dan Konservasi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri
Abstract
Di sekitar kawasan taman nasional terdapat interaksi masyarakat di sekitar kawasan. Hal ini terlihat dari adanya pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat, salah satunya adalah pemanfaatan tumbuhan kedawung di dalam kawasan taman nasional. Interaksi masyarakat dengan hutan terbentuk suatu pengetahuan tradisional mengenai hutan dan pemanfaatannya secara lestari yang dikenal dengan kearifan tradisional (indigenous knowledge). Untuk itulah diperlukan suatu upaya pengkajian pengetahuan masyarakat di sekitar Taman Nasional Meru Betiri terhadap tumbuhan kedawung yang dapat diajukan sebagai landasan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan tumbuhan kedawung di kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Interaksi yang terjadi antara tumbuhan kedawung dengan masyarakat dan pihak taman nasional dapat dijadikan acuan bagi tindakan pelestarian kedawung di Taman Nasional Meru Betiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan interaksi masyarakat terhadap tumbuhan kedawung yang dapat mendukung upaya konservasinya di Taman Nasional Meru Betiri. Pengambilan data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu studi literatur, observasi langsung dan wawancara pada masyarakat yang melakukan pemanfaatan kedawung dengan pengabilan sampel secara sensus sebanyak 61 orang. Pengetahuan masyarakat terhadap tumbuhan kedawung dalam upaya konservasinya yaitu pengetahuan mengenai fisiologi, ekologi, fenologi kedawung dan kebutuhan sinar matahari untuk tumbuh. Selain itu, pengetahuan mengenai manfaat ekonomi; manfaat ekologi sebagai pencegah banjir dan longsor, penyimpan air dan guguran daun kedawung untuk pupuk; dan manfaat obat sebagai obat sakit perut. Pengetahuan ini diaplikasikan kedalam aksi konservasi yaitu : Pemanenan dengan menggunakan pasak, melakukan penyebaran biji di hutan pada saat panen, melakukan pembersihan disekitar bibit kedawung yang ditemukan di hutan dan adanya biji yang tercecer ketika pemanenan. Masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup memadai mengenai karakteristik kedawung. Tetapi, pengetahuan ini belum berperan secara optimal untuk mendukung aksi konservasi kedawung. Pengetahuan masyarakat kurang terrefleksikan dalam perilaku dan tindakan konservasi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan tumbuhan kedawung hanya terbatas pada nilai ekonomi. Masyarakat memperoleh tambahan pendapatan dengan menjual biji kedawung hasil pemanenan dan tumbuhan kedawung diupayakan lestari melaui aksi konservasi oleh masyarakat. Kedawung memberikan tambahan pendapatan dari hasil penjualan kedawung berkisar antara 15,32% hingga 28,75% dari total pendapatan masyarakat perbulan.