Pertumbuhan Bibit Acacia mangium Willd. Pada Tanah Bekas Tambang Batubara Setelah Pemberian Sludge Industri Kertas
Abstract
Industri pertambangan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan di antaranya adalah terkupasnya lapisan tanah paling atas (top soil), pemadatan tanah, dan ketidakseimbangan unsur hara. Kondisi tanah tersebut menyebabkan tanaman revegetasi sulit untuk bertahan hidup pada lahan bekas tambang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit A. mangium pada tanah bekas tambang batubara yang diberi perlakuan sludge dan top soil. Perlakuan yang diberikan meliputi kontrol, sludge 25% (v/v) dan top soil 50% (v/v). Setelah perlakuan diberikan pada masing-masing media tanam, media diinkubasi selama 15 hari. Analisis tanah meliputi kadar air tanah, pH, KTK, S04, unsur hara makro (C-org, N, P, K, Mg) dan unsur hara mikro (Fe, Cu, Zn, Mn). Setelah selesai diinkubasi, media ditanami semai A.mangium umur 5 bulan, setiap 30 hari sekali dilakukan pengukuran diameter dan tinggi selama 90 hari. Setelah 90 hari masa tanam bibit siap dipanen. Variabel yang diamati meliputi tinggi, diameter, persen hidup, biomasa dan indeks mutu bibit. Untuk diameter dan tinggi dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan sludge memberikan hasil yang paling baik dalam meningkatkan pH (5,40), KTK (16,23 me/100 gr), kadar air tanah (56,98 %) dan unsur hara makro N (0,20 %), P (8,6 ppm), K (0,82 me/100 gr) secara signifikan dibandingkan top soil dan kontrol. Perlakuan sludge juga dapat menurunkan konsentrasi sulfat yang menjadi polutan utama tanah bekas tambang batubara. Disamping itu perlakuan ini juga dapat menurunkan ketersediaan unsur-unsur hara mikro seperti Fe, Mn, Zn dan Cu yang apabila berada pada konsentrasi yang tinggi dapat meracuni tanaman. Perbaikan kondisi tanah tersebut mengakibatkan bibit A. mangium yang ditanam pada tanah yang diberi perlakuan sludge juga memberikan hasil yang berbeda nyata apabila dibandingkan dengan kontrol. Bibit yang ditanam pada media dengan perlakuan sludge mempunyai rata-rata tinggi (3,77 cm/bln), biomasa (194,67 gr) dan Indeks Mutu Bibit dengan jumlah skor tertinggi (35). Dengan demikian sludge dapat dikembangkan sebagai pengganti top soil pada kegiatan rehabilitasi laban bekas tambang batubara.
Collections
- UT - Forest Management [3075]