Show simple item record

dc.contributor.authorWidodo, Slamet
dc.date.accessioned2011-08-02T03:38:17Z
dc.date.available2011-08-02T03:38:17Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/49407
dc.description.abstractTanaman anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang menarik dan dikenal luas oleh masyarakat. Indonesia memiliki potensi besar bagi perkembangan komoditas florikultura ini. Tanaman anggrek diperkirakan berjumlah 20 000 - 30 000 jenis dan kurang lebih 5 000 jenis di antaranya terdapat di Indonesia (Darmono, 2003). Potensi ini didukung oleh kondisi iklim Indonesia yang cocok bagi perkembangan tanaman ini. Hanya saja potensi ini belum dikembangkan secara optimal. Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2006) menyebutkan ekspor anggrek nasional masih tertinggal dibanding negara lain seperti Malaysia, Thailand, Taiwan, dan Singapura. Indonesia hanya mampu menghasilkan tiga juta dolar AS atau sekitar dua persen dari total perdagangan anggrek dunia yang mencapai 150 juta dolar AS. Untuk mengoptimalkan potensi yang cukup besar ini perlu dilakukan langkah-langkah strategis untuk memajukan industri anggrek di Indonesia. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi kultur jaringan. Ada beberapa hal yang penting dan menentukan keberhasilan teknik kultur jaringan, salah satunya adalah media tanam yang digunakan. Beberapa media yang umum digunakan antara lain media Murashige & Skoog (MS), media Vecin & Went dan lain-lain. Media-media tersebut telah teruji memberikan hasil yang baik namun media-media tersebut relatif mahal. Oleh karena itu perlu dicari alternatif media lain yang lebih ekonomis serta praktis digunakan. Dalam hal ini penggunaan kombinasi pupuk daun dan bahan organik kompleks yang berasal dari bahah-bahan seperti ekstrak buah pisang, ekstrak buah tomat, air kelapa dan lain-lain menjadi alternatif yang perlu dipertimbangkan. Kendala dalam pemanfaatan kombinasi pupuk daun dan bahan organik kompleks sebagai media kultur jaringan alternatif adalah penentuan komposisi bahan-bahan tersebut yang dapat memberikan hasil optimum. Dalam permasalahan ini, aplikasi kecerdasan buatan (artificial intelligence) berupa jaringan syaraf tiruan (artificial neural network) dan algoritma genetik (genetic algorithms) bisa menjadi salah satu solusi potensial. Tujuan penelitian ini adalah membuat model pendugaan pertumbuhan plantlet anggrek selama pengkulturan dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan. Model ini kemudian digunakan untuk menentukan komposisi pupuk daun dan ekstrak buah pisang yang optimum sebagai alternatif media kultur jaringan dengan menggunakan algoritma genetik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2006 di Laboratorium Bioteknologi - Kultur Jaringan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bahan yang digunakan adalah plantlet anggrek Dendrobium Kanayao, media MS, pupuk daun Hyponex 20-20-20, pisang ambon lumut, aquades, zat pengatur tumbuh berupa auksin (NAA) dan sitokinin (BAP), spiritus, aluminium foil, alkohol, agar, dan gula. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol ukur, pembakar spiritus, hand sprayer, pinset, erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, pipet, cawan petri, labu bakar, pH meter, autoklaf, neraca analiktik, penggaris, laminar air flow cabinet (LAC), lampu fluorescent dan rak-rak kultur, serta komputer.en
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Dan Algoritma Genetik Untuk Optimasi Komposisi Media Pembesaran Plantlet Anggrek Dendrobium Kanayao Secara In-Vitroen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record